“Kabut Rasa” adalah karya terbaru dari Xkatira yang dirilis pada 31 Oktober 2025. Lagu ini kental dengan nuansa puitis, metafor mendalam, dan emosi tersembunyi yang menjadi ciri khas penulisan Xkatira. Dengan lirik yang kompleks dan penuh simbol, “Kabut Rasa” menggambarkan perasaan cinta yang tak tersampaikan serta jarak yang tak bisa dijembatani. Berikut lirik lengkap dan analisis makna lagu “Kabut Rasa” untuk kamu yang ingin memahami kedalaman pesan di balik setiap baitnya.
Lirik Lagu Kabut Rasa
[Verse 1]
Bayangmu hadir di celah huruf yang ku buang
Dalam sunyi huruf-huruf itu tetap pulang
Aku lukis jarak dengan dakwat yang tak kering
Namun namamu muncul di setiap sela sepi yang kering
Langkah kita dua garis di peta berlainan hala
Tapi gema tawamu masih bernaung dalam dada
Aku sembunyi rasa di balik lawak dan naskhah
Seperti api kecil dalam salju yang tersangkah
Ada bintang menari dalam skrin retina
Setiap kelipan kau hadir tanpa suara
Kita dua orbit yang hampir bersentuh
Tapi semesta tegas menjarakkan peluk
Aku diam, kau diam, waktu yang bersandiwara
Membungkus rindu dalam selimut rahsia
Takdir menulis kita dengan pensil kabur
Dan aku padam perlahan agar tak terbaca jujur
[Chorus]
Di balik kabut rasa, ada bayang kau tertawa
Menari di sela waktu, meski tak pernah bersua
Tak perlu kata, cukup rasa yang bicara
Dalam diam, kita masih ada di sana
Biar jarak jadi pagar, bukan pemisah jiwa
Biar waktu jadi luka, bukan penutup cerita
Jika takdir cuma bisu, biarlah hati bersuara
Menjaga rahsia yang cuma kita rasa
[Verse 2]
Kita dua bayang di balik kaca berembun
Dekat di mata, tapi masa enggan menyambung
Aku jadi pejalan tanpa alamat pulang
Kau jadi kota yang lampunya selalu terang
Setiap hurufmu bagai kod dalam riak teh
Aku baca perlahan, takut maknanya leleh
Di meja-meja waktu yang kita pura tak tahu
Rindu duduk senyap di bangku paling jauh
Aku titipkan namamu di peta mimpi
Tapi garis sempadan menjerat setiap langkah kaki
Ada pagar halimunan di antara dada kita
Yang tak dapat dilompat walau jiwa meronta
Langit tahu tapi langit diam
Hanya kirim bayu setiap malam
Dan aku masih menulis di udara
Tentang kau tanpa boleh menyebut nama
[Chorus]
Di balik kabut rasa, ada bayang kau tertawa
Menari di sela waktu, meski tak pernah bersua
Tak perlu kata, cukup rasa yang bicara
Dalam diam, kita masih ada di sana
Biar jarak jadi pagar, bukan pemisah jiwa
Biar waktu jadi luka, bukan penutup cerita
Jika takdir cuma bisu, biarlah hati bersuara
Menjaga rahsia yang cuma kita rasa
[Verse 3]
Aku simpan gema kau dalam botol kaca retak
Setiap dentum hati memantul balik bayangmu pekat
Kata-katamu masih hidup di dinding sepi
Walau masa cuba kikis, ia tak pernah mati
Ada lorong dalam diri ku yang tak pernah disinari
Tempat kenangan menari, tapi tak pernah kau cari
Di sana aku duduk berbual dengan bayang
Tentang kemungkinan yang kita bunuh tanpa sayang
Jam berdetik seperti hakim tanpa suara
Mengadili rasa yang tak pernah bersalah pada sesiapa
Tapi tetap dihukum diam, tanpa bicara
Bagai puisi yang terkurung dalam dada batu bara
Jika takdir adalah pintu yang tak berengsel
Maka kita hanyalah angin yang tak pernah kekal
Lalu biarlah cinta ini jadi debu senyap
Yang menari sekejap sebelum lenyap
[Bridge]
Sunyi bukan kosong, hanya penuh yang disembunyikan
Antara hela nafas, ada nama yang ku diamkan
Kita dua bintang, bersilang tapi tak bersatu
Namun cahayamu tetap singgah di mataku
[Chorus]
Di balik kabut rasa, ada bayang kau tertawa
Menari di sela waktu, meski tak pernah bersua
Tak perlu kata, cukup rasa yang bicara
Dalam diam, kita masih ada di sana
Biar jarak jadi pagar, bukan pemisah jiwa
Biar waktu jadi luka, bukan penutup cerita
Jika takdir cuma bisu, biarlah hati bersuara
Menjaga rahsia yang cuma kita rasa
Deskripsi
“Kabut Rasa” adalah lagu yang menjelajahi wilayah perasaan yang rumit, samar, dan tidak pernah tuntas. Xkatira menghadirkan cerita tentang cinta tersembunyi—cinta yang tidak pernah terungkap, namun selalu hidup dalam diam. Lagu ini berlapis-lapis metafora yang menggambarkan bagaimana dua hati saling merindukan, namun takdir justru memisahkan.
Pada Verse 1, penyanyi menggambarkan sosok yang selalu hadir dalam pikirannya. Meski mencoba menghapus, bayangan itu tetap kembali. “Langkah kita dua garis di peta berlainan hala” menjadi simbol bahwa mereka berada di jalur berbeda, meski saling merasakan kehadiran.
Chorus mempertegas inti lagu: ada “kabut rasa” yang menutupi perasaan mereka, namun tidak menghilangkannya. Jarak dan waktu menjadi rintangan, tetapi bukan pemutus ikatan batin. Mereka tetap terhubung oleh rasa, meski tanpa kata.
Verse 2 memperlihatkan dua orang yang sangat dekat, namun tetap terhalang “pagar halimunan”. Mereka saling merindukan, namun tidak memiliki keberanian atau kesempatan untuk mengungkapkannya. Metafora “kau jadi kota, aku jadi pejalan” melambangkan ketimpangan keadaan—yang satu terang, yang lain terus mencari arah.
Verse 3 menjadi titik paling emosional. Di sini, kenangan diibaratkan sebagai bayang yang disimpan dalam “botol kaca retak”, menggambarkan sesuatu yang rapuh namun tetap dipertahankan. Ada rasa cinta yang tidak pernah benar-benar mati, meski harus dipendam tanpa suara. Takdir digambarkan sebagai pintu yang tak berengsel—tak bisa dibuka ataupun ditutup—sehingga cinta mereka hanya bisa jadi “debu senyap”.
Pada Bridge, Xkatira menyimpulkan bahwa kesunyian bukan berarti kosong, melainkan penuh hal yang tidak pernah terucap. Mereka seperti dua bintang: bersinggungan sesaat, tetapi tidak bisa bersatu.
Secara keseluruhan, lagu ini menggambarkan cinta diam-diam yang rumit, dalam, dan penuh luka. Cinta yang tidak terjadi, namun juga tidak hilang.
FAQs
Tema utamanya adalah cinta yang dipendam, kerinduan yang tidak pernah tersampaikan, dan jarak emosional yang tidak bisa ditembus.
Istilah itu menggambarkan perasaan yang samar, tersembunyi, dan tidak pernah jelas—seperti kabut yang menutupi namun tetap membiarkan kehadiran terlihat.
Xkatira dikenal dengan gaya menulis puitis. Metafora digunakan untuk memperkuat kedalaman emosi dan menyalurkan perasaan yang sulit diungkap secara literal.
Tidak sepenuhnya. Lagu ini lebih tentang dua orang yang saling merasakan sesuatu, tetapi tidak bisa bersatu karena keadaan dan takdir.
Lagu ini dirilis pada 31 Oktober 2025.