“Berlagu Kasih” adalah karya terbaru dari Xkatira yang dirilis pada 5 Desember 2025. Lagu ini hadir dengan gaya puitis klasik yang kaya metafora, gurindam, dan bahasa sastra yang mendalam. “Berlagu Kasih” mengangkat tema cinta yang abadi, rindu yang melampaui waktu, dan takdir yang menuntun dua hati untuk tetap bertaut. Melalui bahasa yang indah dan emosional, Xkatira menampilkan kepekaan sastra yang kuat dan nuansa romantis yang meresap. Berikut lirik lengkap beserta analisis makna lagu “Berlagu Kasih”.
Lirik Lagu Berlagu Kasih
Berlagu kasih di halaman budi
Angin berisik menyulam rindu panjang
Layang madah dari hati ke hati
Bagai seloka bertamu di pintu bayang
Denyut asmara beralun perlahan
Memanggil nama yang lama terpatri
Dihampar kasih berbalut zaman
Terungkap cinta bersulam seri
Gurindam jiwa meriak sendu
Menguntum harum seribu makna
Di balik tirai perindu kalbu
Terikat janji tak luput kata
Biar masa berlalu perlahan
Kasih tak luntur dibuai waktu
Biar dunia beralih halaman
Kasih tetap teguh menuju satu
Di tikar malam aku susun nasib, aku timbang hawa, aku baca tanda
Di lorong sunyi angin bawa pesan, angin bawa doa, angin bawa luka
Di dada sejarah nama kita tulis, nama kita sembunyi, nama kita reda
Di hulu bicara kata jadi senjata, kata jadi warkah, kata jadi tuba
Langkah ku jauh tapi setia arah, tapi teguh nadi, tapi tegak jiwa
Lintasan waktu buka hijab lama, buka rahsia lama, buka cerita lama
Di bibir semesta takdir berlagu, takdir berpantun, takdir bersuara
Kasihku hanyut ikut arus rasa, ikut arus duka, ikut arus kita
Terkadang rindu jadi ayat simpul, jadi ayat sakral, jadi ayat jura
Terkadang aku jadi bayang hidup, jadi bayang hampa, jadi bayang peta
Di lurah kasih aku jumpa dirimu, aku tempah dirimu, aku jaga dirimu
Di rahim waktu cinta kita tumbuh, cinta kita hikmah, cinta kita purnama
Maka ku sorak puisi tak bersuara, puisi tak bernoktah, puisi tak bernama
Maka aku jejak jalan yang menyapa, jalan yang memanggil, jalan yang menerima
Di altar jiwa hatiku sujud lama, sujud dengan harap, sujud dengan redha
Di daun terakhir kita masih bersama, kita masih berlagu, kita masih setia
Berlagu kasih di kamar jiwa
Beralun halus serunai rindu
Berkampung sayang di balai rasa
Berbunga asmara tak tahu layu
Berjalin hati di taman zaman
Berhias gurindam sakti dahulu
Berpaut dua di tahta cinta
Bertaut nyawa menjadi satu
Deskripsi
“Berlagu Kasih” adalah sebuah puisi panjang yang diwujudkan dalam bentuk lagu. Xkatira menulisnya dengan penuh unsur tradisi Melayu klasik—seperti seloka, gurindam, pantun, dan metafora alam—yang membuat lagu ini berlapis-lapis makna.
Pada bagian awal, Xkatira menggambarkan cinta sebagai “lagu” yang hidup di halaman budi, seolah cinta tumbuh dari nilai, kebaikan, dan pengalaman. Angin, madah, dan seloka menjadi simbol perjalanan rasa yang lembut namun mendalam. Cinta dalam bait pertama terasa tenang dan klasik, seperti lembaran lama yang masih harum.
Bagian kedua mempertebal unsur gurindam. Cinta digambarkan sebagai sesuatu yang tak lapuk oleh waktu. Meski dunia berubah, cinta tetap teguh “menuju satu”, menegaskan kesetiaan dan keabadian hubungan.
Bagian paling panjang, yang berbentuk seperti rap puitis, memuat refleksi mendalam tentang perjalanan cinta melalui waktu. Di sini, Xkatira mengeksplorasi tema takdir, luka, harapan, dan kerahasiaan cinta yang dijaga dari masa ke masa. Banyak metafora membuka ruang interpretasi, seperti “di bibir semesta takdir berlagu” atau “kasihku hanyut ikut arus rasa”, yang menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang mengalir, membawa suka duka, namun tetap bertahan.
Pada bagian penutup, nuansa kembali lembut. Cinta menjadi kamar jiwa—tempat yang aman, halus, dan sakral. Gurindam sakti, taman zaman, hingga tahta cinta menandakan bahwa cinta dalam lagu ini tidak hanya romantis, tetapi juga spiritual.
Secara keseluruhan, “Berlagu Kasih” adalah perjalanan cinta lintas waktu, yang hidup dalam kenangan, doa, takdir, dan kesetiaan. Ini adalah lagu untuk mereka yang meyakini bahwa cinta tidak hanya dirasakan—tetapi juga diwariskan dalam jiwa.
FAQs
Tema utamanya adalah cinta abadi yang hidup dalam waktu, rindu, dan takdir.
Xkatira dikenal dengan gaya sastra yang kuat. Ia sering menggabungkan unsur tradisi Melayu, metafora alam, dan konsep spiritual untuk menyampaikan emosi secara mendalam.
Istilah tersebut menggambarkan cinta yang hidup seperti melodi—lembut, mengalun, dan penuh harmoni dalam jiwa.
Bagian tengah, yang berbentuk narasi panjang, menggambarkan pergulatan cinta melalui waktu, takdir, luka, dan penerimaan, sehingga menjadi pusat emosional lagu.
Lagu ini dirilis pada 5 Desember 2025.