Outro (Bonus Track)

Sebagai penutup EP, Outro berfungsi sebagai penutup yang singkat namun tajam: memadatkan nada sinis, satir sosial, dan konflik batin yang dielaborasi sepanjang album. Lagu bonus ini menutup narasi dengan nada langsung, provokatif, dan berbahasa kasarโ€”sebuah pamungkas yang kembali menegaskan tema keterasingan, kemunafikan elit, dan ambivalensi terhadap hidup dan mati.

Lirik Lagu Outro

Teriak lantang di depan megaphone
Suaramu serak tak sehalus saxophone
Orasi atau onani silahkan pilih sendiri
Maaf jika ku hanya tidur saat kau asik eksekusi
Eksekutif almamater pegang microphone penis
Siswa yang maha memang cocok untuk dioperasi testis
Elitis dalam bekerja, efisien buat baru kasta
Persetan, kontrol dan k-ntol
Coba berapa mau kau mahar itu gelar raja?
Ingin mati tapi takut bunuh diri
Ingin hidup tapi juga ingin mati
Ingin punya teman tapi lupa โ€˜anxietyโ€™
Ingin hidup bahagia tapi lupa aku depresi
Mari menjemput kematian
Ingin sendirian atau butuh tumpangan?
Ingin lewat pemakaman atau bakaran?
Terserahlah aku tak peduli semua, kalian semua cepat mati
Jika tidak, aku mungkin yang lebih dahulu mati

Deskripsi

Outro membuka dengan gambaran orasi di megaphoneโ€”suara publik yang serak, tak lagi bernyawa seperti musik yang halusโ€”menandakan ketegangan antara wacana politik dan kenyataan yang hampa. Dalam bait-bait berikutnya, Terapi Minor menempatkan retorika publik berdampingan dengan ejekan kasar terhadap institusi pendidikan, kelas sosial, dan simbol-simbol status; bahasa yang provokatif itu bukan sekadar makian, melainkan upaya untuk menyingkap kepalsuan yang disakralkan oleh struktur kekuasaan.

Lagu ini juga memainkan ironi keinginan untuk mati dan takut matiโ€”sebuah ambivalensi psikologis yang dipaparkan secara lugas dan tanpa hiasan. Baris-barik yang menyatakan โ€œIngin hidup tapi juga ingin matiโ€ menegaskan konflik batin yang berulang di seluruh EP: bukan sekadar ajakan destruktif, melainkan pengakuan jujur tentang keletihan eksistensial. Intensitasnya diperkuat oleh pilihan kata yang kasar dan langsung, sehingga pendengar dipaksa merasakan ketidaknyamanan yang menjadi inti pesan.

Sebagai penutup, nada Outro bersifat apokaliptik sekaligus personal; lagu menutup EP dengan sentimen putus asa yang dipadu sarkasmeโ€”mengolok-olok narasi-narasi patriarki, produktivitas berlebih, dan kebanggaan palsu. Dalam tatanan estetika, track ini berfungsi sebagai penanda: setelah seluruh kritik, kekerasan simbolik, dan refleksi eksistensial yang dihadirkan EP, yang tersisa adalah suara yang jujur, agresif, dan tak memintakan ampunโ€”sebuah penutup yang mengajak pendengar merenung sekaligus terguncang.

You cannot copy content of this page