“Pusara” adalah lagu penuh makna dari Sombanusa, musisi asal Maluku yang dikenal lewat lirik-liriknya yang tajam dan kontemplatif. Lewat lagu ini, Sombanusa menyuarakan kegelisahan kolektif akan kondisi sosial dan spiritual manusia modern. Dalam balutan puisi musikal yang mendalam, “Pusara” menjadi refleksi atas kekacauan, manipulasi, dan kehilangan arah dalam kehidupan hari ini.
Lirik Lagu Pusara
[Verse 1]
Di pusara titik lebam cakrawala
Remuk jiwa mendakwahi aksara
Tepat menikam seusai tiba prahara
Maka rasa jadi tunawicara
Di udara bayang-bayang menyatu
Di suara enggan kita tuk mengaku
Bahwa masa kini tak lagi baik-baik saja
[Chorus]
Dusta menyebar di ramai-ramai kepala
Dogma sesat serupa roti dan gula
Makanlah, makanlah
Makanlah, makanlah
Lupakan kopi di meja
Uuu… ina, ina, ina
Uuu… ina
[Verse 2]
Hidup adalah serangkaian konotasi
Baik buruk terhitung sebanyak mulut memuji
Tenggelam ke dasar palung samudra
Kita panik bingung lupa cara berdoa
Kita panik bingung lupa cara berdoa
Kita panik bingung lupa cara berdoa
Kita panik bingung lupa cara berdoa
[Chorus]
Dusta menyebar di ramai-ramai kepala
Dogma sesat serupa roti dan gula
Makanlah, makanlah
Makanlah, makanlah
Lupakan kopi di meja
[Outro]
Yang serupa juang
Yang serupa sedih
Yang serupa juang
Yang serupa kita manusia
Deskripsi
Lagu “Pusara” menyuguhkan metafora yang kuat tentang luka kolektif dan krisis identitas. Baris “Di pusara titik lebam cakrawala” membuka lirik dengan nada muram, seolah menandai keretakan harapan di tengah zaman yang penuh tipu daya.
Chorus-nya, “Dusta menyebar di ramai-ramai kepala / Dogma sesat serupa roti dan gula”, merupakan kritik tajam terhadap informasi menyesatkan dan doktrin-doktrin palsu yang dikemas manis, membuat masyarakat terlena dan lupa untuk berpikir kritis.
Repetisi frasa “Kita panik bingung lupa cara berdoa” mempertegas kondisi batin manusia yang semakin jauh dari kedalaman spiritual. Lagu ini menantang pendengarnya untuk merenung: apakah kita masih mengenali makna hidup yang sejati?
“Pusara” adalah elegi dan sekaligus peringatan akan dunia yang sedang kehilangan kendali. Liriknya padat, sarat makna, dan menggugah—sebuah ciri khas kuat dari karya-karya Sombanusa.
FAQs
Lagu ini menggambarkan kehancuran batin dan sosial akibat kebohongan yang tersebar luas, serta krisis spiritual dalam masyarakat modern.
“Pusara” melambangkan kematian—bukan hanya fisik, tapi juga matinya nurani, logika, dan kepekaan terhadap kebenaran.
Ini adalah metafora yang menyatakan bahwa ajaran atau informasi yang salah disajikan dalam bentuk yang menarik, sehingga mudah diterima tanpa pertimbangan.
Sombanusa dikenal menggunakan gaya lirik yang artistik dan penuh simbol untuk menyampaikan pesan sosial dan spiritual yang dalam.
Lagu ini menyasar pendengar yang mencari kedalaman makna dalam musik, khususnya mereka yang peduli pada isu-isu kemanusiaan, sosial, dan spiritualitas.