“Hansinah” merupakan salah satu lagu paling eksplosif dan penuh semangat perjuangan dari musisi asal Ambon, Sombanusa. Lagu ini menyuarakan keresahan terhadap kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, dan bentuk-bentuk penindasan yang kerap terjadi di tanah kelahiran maupun di banyak wilayah di Indonesia. Dalam balutan lirik yang puitis sekaligus revolusioner, Sombanusa mengajak pendengar untuk tidak diam, tetapi berani melawan dan merayakan perlawanan sebagai bentuk cinta pada tanah dan kehidupan.
Lirik Lagu Hansinah
[Verse 1]
Semenjak tanah-tanah terpenjara
Semenjak hutan ditebang pohonnya
Semenjak sungai resah bertemu limbah
Semenjak lautan meringkih
Sebab karangnya telah melimpah sampah
Riuh di hati cipta demonstrasi
Jalanan haruslah jadi ruang jalin kasih
Bila percuma maka kukuhkan hati
Bersama kita rayakan pemberontakan padamu hierarki
[Chorus]
Dari bumi lautku sayang
Hapuskan segala bentuk penindasan
Dan perampasan ruang hidup
Kami bersama memupuk harapan
Damai di masing-masing sukma
Sementara jika bimbang, duduk lagi sejenak
Telusur langkah dan pastikan tirani tak bisa menang
Tak bisa menang, tirani tak bisa menang
[Verse 2]
Diammu takkan hadirkan perubahan
Lepaskan bara di hati, oh kawan
Murka lah murka pada ketidakadilan
Haturkan diri untukmu, untuk perjuangan rebut kedaulatan
Kami membangkang
Sebab aturanmu yang sewenang-wenang
Jangan salahkan jika kami lemparkan peledak
Di gedung-gedung tempatmu duduk diam
Dan tertawa melihat kami sengsara
Oh… hoo… hoo… uuu… uuu…
[Chorus]
Dari bumi lautku sayang
Hapuskan segala bentuk penindasan
Dan perampasan ruang hidup
Kami bersama memupuk harapan
Damai di masing-masing sukma
Sementara jika bimbang, duduk lagi sejenak
Telusur langkah dan pastikan tirani tak bisa menang
Deskripsi
Lagu “Hansinah” secara keseluruhan adalah manifesto perlawanan terhadap sistem yang menindas rakyat kecil dan merusak alam. Lirik pembuka seperti “Semenjak tanah tanah terpenjara” dan “Semenjak sungai resah bertemu limbah” menggambarkan realitas krisis ekologis yang erat kaitannya dengan eksploitasi ruang hidup masyarakat adat dan pesisir.
Nada perlawanan semakin kuat saat lagu memasuki bagian chorus dengan seruan: “Dari bumi lautku sayang, hapuskan segala bentuk penindasan…” — menyuarakan tuntutan atas keadilan sosial dan ekologi. Lagu ini tidak hanya marah, tapi juga membakar semangat kolektif untuk bergerak bersama.
Verse kedua menegaskan bahwa diam bukan pilihan: “Diammu takkan hadirkan perubahan… Murka lah murka pada ketidakadilan…” menjadi panggilan moral agar kita semua ikut menjaga bumi dan kedaulatan masyarakat yang sering menjadi korban ketamakan.
“Hansinah” bukan hanya lagu, tetapi deklarasi politik dan cinta tanah air. Ia mengajak kita mengubah kemarahan menjadi harapan, dan harapan menjadi tindakan.
FAQs
Secara harfiah, tidak dijelaskan secara eksplisit. Namun, “Hansinah” dapat dipahami sebagai seruan atau simbol dari semangat perlawanan terhadap ketidakadilan, terutama dalam konteks tanah dan lingkungan.
Lagu ini menyuarakan perlawanan terhadap penindasan, perusakan lingkungan, dan pengabaian terhadap ruang hidup rakyat kecil. Pesannya adalah: jangan diam.
Karena liriknya berangkat dari realitas pahit masyarakat, terutama mereka yang terdampak proyek pembangunan, perampasan tanah, dan krisis lingkungan.
Lagu ini menyasar semua orang yang peduli pada keadilan, terutama aktivis, masyarakat adat, dan generasi muda yang ingin menjaga bumi dan ruang hidup.
“Hansinah” memperlihatkan bahwa perjuangan lingkungan adalah perjuangan mempertahankan hidup dan martabat. Lagu ini membakar semangat untuk terus melawan kerusakan dan ketidakadilan.