Bahagia Melawan Lupa

Lagu “Bahagia Melawan Lupa” dari Sombanusa adalah karya musikal yang penuh makna dan kekuatan perlawanan. Dibalut dalam narasi puitis dan kritik sosial, lagu ini mengajak kita untuk tidak melupakan sejarah, terutama luka-luka kemanusiaan yang pernah terjadi di tanah air. Bukan sekadar lagu, “Bahagia Melawan Lupa” adalah seruan untuk terus mengingat, menolak lupa, dan membangun kesadaran kolektif demi masa depan yang lebih adil.

Lirik Lagu Bahagia Melawan Lupa

[Intro]
Jang lupa e, jangan lupa e
Jang lupa e, jangan lupa e
Baku kasi inga satu deng satu
Baku kasi inga satu deng satu

[Verse]
Hendak dipertanyakan
Hidup selaksa roda-roda kendaraan
Sisi berganti sisi, cinta ganti jadi benci
Sudahlah, kita cukupkan
Sampai kapan kita hujam dia
Dengan berbagai keraguan
Mana lagi karang yang hanya pura-pura
Menantang gelombang

[Chorus]
Daun hempas angin, batu lempar tubuh kita
Sungai-sungai jadi lautan api
Pohon tumbuhkan tanah, nafas bantu paru-paru
Ikan beri umpan manusia
Maka nikmat dari semua
Adalah luka-luka menjadi bahagia

[Post-Chorus]
Rangkum segala yang ilmu
Dari jejak dan jalan kehidupan
Rendah-rendah saja
Tinggi tak boleh terlalu, nanti jatuh kesakitan
Bila mana kusalah
Wajibnya kau setia meluruskan
Sebab yang sejati dari pertemuan
Adalah kita harus rajin mengingatkan

[Bridge]
Baku kasi inga satu deng satu
Baku kasi inga satu deng satu

[Chorus]
Daun hempas angin, batu lempar tubuh kita
Sungai-sungai jadi lautan api
Pohon tumbuhkan tanah, nafas bantu paru-paru
Ikan beri umpan manusia
Maka nikmat dari semua
Adalah luka-luka menjadi bahagia

[Post-Chorus]
Rangkum segala yang ilmu
Dari jejak dan jalan kehidupan
Rendah-rendah saja
Tinggi tak boleh terlalu, nanti jatuh kesakitan
Bila mana kusalah
Wajibnya kau setia meluruskan
Sebab yang sejati dari pertemuan
Adalah kita harus rajin mengingatkan

[Outro]
Dan tetap lawan lupa, lawan lupa, lawan lupa
Lawan lupa, lawan lupa, lawan lupa, lawan lupa, lawan
Lawan lupa, lawan lupa, lawan lupa, lawan lupa
Munir kita lupa, Widji kita lupa, Marsinah kita lupa, Udin kita lupa
Munir kita lupa, Widji kita lupa, Marsinah kita lupa, Udin kita lupa
Mari bersama saling mengingatkan
Mari bersama saling menguatkan
Dan jangan lupa

Deskripsi

Lirik “Bahagia Melawan Lupa” mengalir seperti puisi perlawanan yang tenang namun mengguncang. Dari pembukaan yang menyerukan “Jangan lupa” hingga penutup yang menyebut nama-nama pejuang hak asasi seperti Munir, Widji Thukul, Marsinah, dan Udin, lagu ini memperjelas misinya: melawan kelupaan sistemik yang membuat sejarah kekerasan dan ketidakadilan menjadi senyap.

Bagian chorus menyampaikan metafora kuat—“Daun hempas angin, batu lempar tubuh kita”—yang menggambarkan penderitaan akibat penindasan. Namun, dari penderitaan itu muncul kesadaran, dan pada akhirnya menjadi bentuk bahagia, bukan karena lara hilang, tapi karena luka dikenang dan diberi makna.

Sombanusa juga menyisipkan nilai-nilai lokal dengan frasa seperti “Baku kasi inga satu deng satu”, sebuah ajakan dari bahasa timur Indonesia untuk saling mengingatkan, menguatkan. Dalam post-chorus, ia menekankan pentingnya kerendahan hati, kesetiaan dalam koreksi, dan makna pertemuan sebagai ruang saling jaga.

Lagu ini menjadi semacam pengingat kolektif yang lembut, namun kuat: bahwa sejarah tidak boleh dibungkam. Ingatan adalah alat perlawanan.

FAQs

Apa makna utama dari lagu ini?

Lagu ini adalah ajakan untuk tidak melupakan sejarah kelam dan penderitaan orang-orang yang pernah memperjuangkan keadilan, serta pentingnya saling mengingatkan dalam komunitas.

Siapa sosok yang disebut di akhir lagu?

Nama-nama seperti Munir, Widji Thukul, Marsinah, dan Udin adalah simbol perlawanan dan korban ketidakadilan di Indonesia.

Apa arti frasa “Baku kasi inga satu deng satu”?

Frasa ini berasal dari bahasa Indonesia Timur, berarti “saling mengingatkan satu sama lain”. Pesan ini memperkuat nilai gotong royong dalam menjaga kesadaran bersama.

Mengapa disebut “bahagia melawan lupa”?

Karena dalam mengenang luka dan memperjuangkan keadilan, ada bentuk kebahagiaan: yaitu ketika kita tidak tunduk pada penindasan dan terus menjaga nurani.

Apa genre musik dari lagu ini?

Lagu ini bergaya indie-folk dengan nuansa akustik dan balada, namun dikuatkan oleh lirik yang aktivis dan kontemplatif, khas gaya Sombanusa.

You cannot copy content of this page