Tuhan Pinggiran

“Tuhan Pinggiran” adalah lagu yang penuh dengan kritik sosial, politik, dan budaya, dibawakan dengan lirik yang tajam dan penuh referensi kontekstual. Senartogok menggunakan narasi yang padat dan kompleks untuk menggambarkan realitas kehidupan masyarakat pinggiran dan perlawanan mereka terhadap ketidakadilan. Lagu ini menjadi seruan bagi mereka yang hidup di luar sistem untuk mengambil peran aktif dalam perubahan.

Lirik Lagu Tuhan Pinggiran

[Verse 1]
Yo, dari warga Rembang kita mencari panutan
Tracklist menolak pabrik agungkan kehidupan
Karawang tunggu lintas peluru selongsong peluh
Katakan Agung Podomoro pantas diolesi pejuh
Ada apa dengan Tika Yahya lewat salam dua jari
Mengantar nabi ke istana diambil alih ODB
Stensil korporasi nobody kelunturan tinta
Dia cegah yang terburuk sambil pasang muka JK
Selai garuda merah pendukung Prabowo yang heboh
Ngaloco Joko sudah Tingkir kenapa harus Widodo
Kau pikir model Obama lupa ingatan dua kali
Sampai PDL aparat menginjak leher Jerinx dan Juki
Kuda coklat Iwan berak di panggung Netral
Bongkar kebiasaan lama elit tengahi kanal
Padahal turun ke jalan rubuhkan setan mengangkang
Contoh warga Batang Toru tolak perusahaan tambang
Daur ulang orang pinggiran tanpa Sahilatua
Dengan lirik bulan puasa hentak beat piala dunia
Sundul bola dari biji otak kepala Ahmad Dhani
Siapkan tendangan bebas ala pelac-r gang Dolly
Retorika tolak capres ala keluarga mahasiswa
Tak ubah opini butut alumni Taruna Nusantara
Berharap bela bangsa dengan coblos kertas suara
Harusnya LKPL tiap senin daripada 3 tahun hormat bendera

[Verse 2]
Tabrak Hatta Rajasa rima ini kelas menengah
Layak bayi ancam traktor penimbun Kampung Kelapa
Memecut takdir ‘Beyond Golput And Elvi’ Sukaesih
Politikku keseharian akar rumput dan partisipasi
Berapa jauh mentalmu direvolusi mereka jika
5 tahun sejak sekarang kau berikan hak suara
Tanya Slank bagaimana membuat damai dijarinya
Tambahkan Kikan hingga Navicula ke dalam barisannya
Dari pinggiran berkeliaran langkah kaki tuhan
Sel kota bertumbuh organisir kebingungan
Dari penggarap bukan parlemen nasi kami makan
Persetan seniman kami butuh semacam Ilalang Zaman
Kalian jutaan Perseus kami anggur dionysian
Kalian aneka Moerdani kami parlanja pikulan
Menyebar dari Wajo di setiap perempatan
Rusak data MP3EI yang kurang bitrate perluasan
Kami paksa Bonaran jilat pantai sebagai agen
Kami lukis tembok kota selama berulah BUMN
Kami nodai tiap bangunan meski setitik spray can
Tiada yang pantas kecuali Eric B jadi presiden

Deskripsi

Lirik “Tuhan Pinggiran” adalah potret tajam dari ketidakadilan sosial dan politik di Indonesia, dengan referensi mulai dari Rembang hingga Batang Toru. Pada bait pertama, lagu ini membuka narasi dengan kritik terhadap pembangunan pabrik, perusahaan tambang, dan tokoh-tokoh politik yang dianggap hanya memperburuk keadaan. Frasa seperti “Karawang tunggu lintas peluru selongsong peluh” mencerminkan perlawanan rakyat terhadap eksploitasi.

Lirik ini juga tidak ragu untuk menyebut nama-nama besar, seperti Agung Podomoro, Jerinx, dan Ahmad Dhani, untuk menyoroti ironi, hipokrisi, dan absurditas dalam lanskap politik dan budaya. Gaya penyampaian yang lugas, dipadukan dengan bahasa yang penuh sindiran, membuat lagu ini menjadi kritik sosial yang menggugah.

Pada bait kedua, fokus lirik bergeser ke kelas menengah dan akar rumput, menggambarkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat pinggiran tetap menjadi bentuk politik yang signifikan. Frasa seperti “Politikku keseharian akar rumput dan partisipasi” menegaskan pentingnya aksi lokal sebagai bentuk perlawanan.

Lirik juga mengecam institusi dan sistem yang dianggap gagal mewakili kepentingan rakyat kecil, sambil menawarkan alternatif berupa organisasi dan seni jalanan. Frasa “Kami nodai tiap bangunan meski setitik spray can” menegaskan keberanian mereka yang berada di luar sistem untuk bersuara.

Secara keseluruhan, lagu ini adalah manifesto bagi mereka yang termarjinalkan, memberikan suara kepada yang terpinggirkan sambil menyerukan perubahan yang lebih radikal dan berbasis solidaritas.

Latest Songs

You cannot copy content of this page