“Tauba” adalah sebuah kolaborasi unik dari rapper Senartogok dan Gus Dur (dalam bentuk sampling dari Al-I’tiraf), menggabungkan elemen hip hop kontemporer dengan puisi religius klasik. Lagu ini membawa pendengar ke dalam perjalanan spiritual dan filosofis, di mana Senartogok mengekspresikan kegelisahan eksistensial dan introspeksi diri. Dirilis pada 2017 di bawah label Maraton Mikrofon, “Tauba” juga termasuk dalam album Forward Into The Abyss LP, sebuah karya yang menyoroti sisi gelap kemanusiaan dan refleksi pribadi.
Lirik Lagu Tauba
[Verse 1: Senartogok]
Aku berangkat dari daratan tertinggal Henrik Ibsen
Memikul bongkahan batu tak berujung secara nomaden
Meludahi nisan leluhur di biara kesepian dalam lamen
Memekik keras sekujur tubuh perjalanan seribu argumen
Satuan menyeruak pada bilangan teror tanpa Datasemen
Keesaan diri atas revaluasi makna yang diaransemen
Menyanyikan luka dan cita anti-harmonisasi instrumen
Takdir bukanlah ambiguitas medioker ketetapan komplimen
Aku menerawang sejarah kuasa dalam paragraf dokumen
Memagari kehendak setinggi gerbang profane existence
Melepaskan diri atas keseragaman massal berkontingen
Takal masa depan yang memutus sekrup derek katrol Omen
Segmen fatalistik apa yang dibutuhkan subyek imanen
Selama Roh kudus adalah Imago Dei dalam logos kristen
Transfigurasi Tuhan seperti Søren bagi Regina Olsen
Terpujilah Fariduddin Attar yang dipenggal Tiemuzhen
Musyawarah burung dalam Alegori Sauthus sebagai monumen
Tujuh lembah yang disusuri maqam pembakaran transenden
Yang aku panen sebagai santri tanpa kiyai tanpa pesantren
Dunia meratapi komponen pupus cemeti memecut domba modern
Penindasan kaum terdidik membutuhkan pelajar Zengakuren
Kemiskinan hidup mahasiswa yang bermimpi menjadi agen
Perubahan adalah beribu kepala di lapangan Tiananmen
Lupakan Cordoba jika Dita Indah menjadi selebritis parlemen
Teori akan terus tenggelam dalam kesibukan bangunan Sunken
Menjadi ternak atau mengorganisir mimpi menjadi armamen
Atau lupakan rakyat tebusan kebangsaan yang kalian komen
Lebih baik memperjuangkan keluarga, hidup, dan sekitar secara konsisten
[Chorus: Gus Dur]
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan
Wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii
Fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
[Verse 2: Senartogok]
Aku bongkar kegelapan melalui Dargah nada Qawwali
Menimpa Metallica, Berimbau Soulfly dan Nusrat Fateh Ali
Khan bukan Genghis yang lebih bengis dari kematian Hai Zi
Serupa potongan celana Gu Cheng yang ia rakit menjadi Topi
Misty membangkangi Revolusi Budaya lewat teatrikal Menglong
Antipodal kemanusiaan dan ideologi isi mulut Mao Zedong
Bertendensi menaklukkan ego hayal Stirner di siang bolong
Seperti Sun Go Kong menertawai Amitabha petuah Biksu Tong
Aku berlari menelusuri lintasan fana laju apostolik
Universal hati akan iman yang Satu, Suci, dan Katolik
Kesederhanaan menggugah bentangan kalam anarkistik
Seperti kunci neraka yang hangus dibakar di tangan Malik
Tuhan apatah kekal membawa wasangka hilang tiada ketara
Apatah baka sepanjang masa, apakah tak bersalin rupa
Selangkan gagak beralih warna gelak bertukarkan duka
Junjungan apatah kekal semerbak cempaka gelombang reda
Kurapal Taubah agar diri memainkan nafsu saat upawasa
Aku lamar tiada sementara hampa menikahi marabahaya
Di gelanggang peradaban yang dilumasi cairan tata krama
Di semenanjung pencarian yang dilumuri kekejian bahasa
MC adalah nasib yang tak pernah berarti sesudah mati
Dematerialisasi kata-kata berpotensi sampah prokreasi
Memprediksi kesunyataan layak Amir Hamzah menakar Ilahi
Mengkultivasi benih kebencian seperti murka Enzo Martucci
Bila Ka’bah pusat rotasi apa arti bumi tanpa matahari
Jika Masjid tempat suci kenapa hati hanyut bersendiri
Nanti pengorbanan berupa lompatan kesetian praktek Sati
Pinata tergantung antara Mussolini dan Clara Petacci
Bermimpi akan terus mati layak puisi Andrei Tarkovsky
Menghadapi samudera bersama mekarnya bunga musim semi
Tanpa ratapan penyembahan meskipun tuhan mampu menari
Menjalani hidup prolifik setangguh Fatum Brutum Amorfati
[Skit: Gus Dur]
Wahai Tuhanku, aku bukanlah orang yang pantas masuk surga
Tetapi aku juga tidak kuat dengan api neraka
Karena itu berikan padaku kemampuan bertobat dan ampuni dosa-dosaku
Karena hanya engkaulah yang dapat memberikan maaf atas dosa-dosa yang besar
[Outro]
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan
Wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii
Fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Deskripsi
Lirik “Tauba” menunjukkan perjalanan batin yang penuh keraguan, perlawanan, dan pencarian makna spiritual. Pada verse pertama, Senartogok menyelami refleksi tentang identitas, sejarah, dan makna kehidupan. Ia merangkai nama-nama tokoh sejarah dan filsafat, seperti Henrik Ibsen dan Søren Kierkegaard, untuk menggambarkan pergulatan batin yang mendalam. Baginya, hidup adalah perjuangan untuk menemukan nilai sejati di tengah kebingungan dan tekanan sosial.
Bagian chorus dari Gus Dur menambahkan sentuhan religius yang lebih dalam. Melalui syair klasik dari Abu Nawas, Gus Dur mewakili sisi manusia yang memohon ampunan dan ketenangan batin dari Tuhan. Di verse kedua, Senartogok membangun analogi antara dirinya dengan berbagai ikon kebudayaan dan sejarah, seolah menantang gagasan tradisional tentang agama dan spiritualitas. Kata-kata yang diungkapkan mencerminkan pencarian terus-menerus akan jawaban dan pemahaman tentang Tuhan dan manusia.
FAQs
Lirik “Tauba” merefleksikan pencarian spiritual, dengan Senartogok mengeksplorasi tema dosa, tobat, dan makna eksistensi. Ia menggunakan referensi budaya dan sejarah untuk menunjukkan pergulatan batin tentang identitas dan nilai spiritual.
Lagu ini dibawakan oleh Senartogok dan menggunakan sampel suara Gus Dur dalam bagian chorus, yang mengambil syair Al-I’tiraf karya Abu Nawas. Gus Dur hadir sebagai elemen simbolik yang menambahkan lapisan religius pada lagu ini.
Sampel dari Gus Dur, yang membaca syair Al-I’tiraf, menambah dimensi religius dan introspektif pada lagu. Hal ini memberikan kontras antara tema hip hop modern yang dibawakan oleh Senartogok dan refleksi keagamaan dari Gus Dur.
Lirik Senartogok dalam “Tauba” terinspirasi dari karya filsafat, sejarah, dan puisi, mengangkat tema seperti perjuangan individu melawan penindasan, pencarian makna hidup, serta refleksi religius. Ia menggunakan simbolisme tokoh-tokoh seperti Ibsen, Attar, dan Mao Zedong.
“Tauba” adalah salah satu lagu dari album Forward Into The Abyss LP milik Senartogok yang dirilis pada tahun 2017, album ini berisi eksplorasi tema-tema gelap tentang kemanusiaan dan spiritualitas.