Perpustakaan Jalanan

“Perpustakaan Jalanan” adalah lagu dari Senartogok yang merayakan semangat berbagi ilmu dan pemikiran di ruang-ruang publik. Dengan nuansa Folk, Indie, dan Acoustic, lagu ini menggambarkan bagaimana pojok jalanan yang sederhana dapat menjadi simbol perlawanan intelektual, kreativitas, dan solidaritas. Sebuah pengingat bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya untuk segelintir orang, tetapi untuk semua.

Lirik Lagu Perpustakaan Jalanan

[Verse 1]
Kata-kata yang berdebu
Terselip rayap prajurit kutu
Tergenang di pinggir marjin buku
Pemenggal topeng wajah ilmu
Cabutlah roh TV itu
Rangkai wayar komponen kalbu
Membaca diri kalimat sembilu
Saklar kehidupan tekan penuh

[Bridge]
Rombongan sigil tanya berdentang
Tanda seru gelisah padati gerbang
Jeda koma gairah bersulang
Mendobrak titik mati hasrat kerontang

[Chorus]
Menyihir satu sudut jalanan
Menjadi pojok jelmakan perpustakaan
Nyala obor api pemikiran
Berusaha mengecup bibir kebenaran

[Verse 2]
Hak plagiasi intelektual
Ide lahir bukan untuk dijual
Jika perlu hindari kamera pengintai
Curi beberapa judul Osamu Dazai

[Bridge]
Cetak Duncombe jilid Hermann Hesse
Gelar di Trotoar menyambut sang sore
Roman, Novel, zine, Alkitab hingga essay
Menyerap Miller, Nin, Rulfo dan Pavese

[Chorus]
Menyihir sempitnya ruang publik
Milisi mungil berbagi hal menarik
Singgah sejenak jika kau tertarik
Sekedar berteduh selagi hujan rintik

Deskripsi

Lirik “Perpustakaan Jalanan” adalah puisi perlawanan yang membangkitkan semangat membaca, berbagi, dan melawan stagnasi intelektual. Pada bait pertama, Senartogok memulai dengan metafora tentang kata-kata berdebu, menggambarkan bagaimana ilmu yang tidak dibagikan atau disuarakan bisa menjadi usang dan kehilangan maknanya. Lirik ini mengajak untuk “mencabut roh TV” dan menyambungkan diri dengan pemikiran yang lebih mendalam.

Bagian bridge membawa nuansa perjuangan kolektif, di mana tanda-tanda baca seperti koma, tanda seru, dan jeda menjadi simbol semangat dan hasrat yang hidup kembali.

Chorusnya merangkum pesan inti lagu: bagaimana satu sudut jalanan bisa disulap menjadi perpustakaan kecil yang menyebarkan ide, menyalakan obor pemikiran, dan mendekatkan manusia pada kebenaran.

Pada bait kedua, Senartogok menyinggung konsep hak intelektual yang sering kali memonopoli pengetahuan. Ia mengajak pendengar untuk melihat ide sebagai sesuatu yang harus dibagikan, bukan diperjualbelikan. Referensi ke Osamu Dazai dan karya sastra lainnya menambah kedalaman makna, menjadikan lagu ini sebagai penghormatan terhadap sastra dan filsafat.

Bridge kedua semakin memperkaya gambaran dengan penyebutan nama-nama penulis besar seperti Hermann Hesse, Miller, Nin, dan Rulfo. Ini menunjukkan perpustakaan jalanan sebagai wadah yang inklusif, di mana semua bentuk pemikiran disambut tanpa diskriminasi.

Chorus terakhir memberikan ajakan sederhana namun penuh makna: mampirlah, bertukar pikiran, atau sekadar berteduh di tengah perjalanan hidup yang sibuk.

Latest Songs

You cannot copy content of this page