Lagu “Nenek Moyangku Seorang Penyair” karya Senartogok bersama Rand Slam adalah sebuah karya yang memadukan eksplorasi sastra dan musik hip-hop. Dengan lirik yang dipenuhi referensi budaya, sejarah, dan sastra, lagu ini adalah penghormatan kepada para penyair dan pencipta yang membentuk perjalanan kreativitas mereka. Lagu ini menggambarkan kecintaan pada seni menulis dan kekuatan kata-kata dalam menghadapi tantangan hidup.
Lirik Lagu Nenek Moyangku Seorang Penyair
[Verse 1: Senartogok]
Selembar sayat metafor jangan kau parno-
Belai puisi pembungkus deret Anno-
Belakang zaman kebun kata sejak no-
Bel Bob Dylan bukti puisi numero uno
Unamuno ludahi Astray prajurit Franco
Falangis bicara ′Intelegencia Abajo’
Nekro filia adalah penghujam mikro-
Fon-dasi agamamu lagi pula Iqro
Kami berlayar menggenggam “No Logo”
Bersampan Quran, alkitab, perang Tro-
Jan dari Dante Alighieri sampai Don Kiho-
Te-taplah menggurat kitab TV lalu K.O
Matikan! seraya bergumam “Om-
Swastiastu, bumi ini memiliki melo-
Di bagi mereka yang mau mendengar” Oh-
Ya? Shakespeare dan Juliet tinggalkan Romeo
Prosa yang dilarang di era kultur Mao
Panggil aku Bei Dao bersendawa Pharoahe
“Bring it On” motherf-cker Prince Po(e)
Bersamaku syair mengelana sesap De Mello
Biar terbang bijaksana dari Plato
Menuju ruang diri dimana ego
Tak bisa dinego akulah Zorro-
Berkuda yang tertawa sebagai Tarjo
Itu panggilanku tapi kalian kenali Senarto-
Gok hanya kenakan topeng Wing Kardjo
Penyuka Blink juga mbeling Remy Sylado
Nada-nada berdetak di nadi menjadi no-
Da kiyai bernyanyi “No Digas No”
Saat KKR bubar oleh Ahlus Sin Dios
Aku bukan politisi Sufmi Dasco
Aku hanyalah bait erotis Motinggo
Mendesah serumit film Memento
Acak, berplot keotik bak Allepo
Yang fana adalah Joko Pinurbo
“Duka-Mu abadi” kata Djoko Damono
Tetap kupilih Sastrowardoyo
Baik Diandra maupun Subagio
Tanpa sekalipun membaca Pramoe
Dya saji Wispi: “dia jatuh Roboh
Satu peluru dalam kepala” ala Preemo
Rancang beat generasi William S. Borrough
Akulah syair yang ditulis Rim(B)aud-
Elaire yang berkeliling sebagai Hobo
Di dunia meski eksis sekedar cameo
Datang lalu pergi tak perlu perangko
Kubutuh “Setangkai Melati Di Sayap Jibril” – Danarto
“Kapak Amuk O”, walau huruf habislah nocturno
Alifbataku belum sebatas keagungan sang deo
[Chorus: Senartogok & Rand Slam]
Nenek moyangku seorang penyair
Menggadai takdir hingga titik nadir
Nasib yang anyir menolak pandir
Sajak dan satir hidup belum berakhir
[Verse 2: Rand Slam]
Mamaku sering bilang, anakku sering hilang
Saat aku pergi lihat inspirasi di pinggiran
Tulis roman picisan, rima gaib kan menggaet
Ajaib tanpa jin (jeans) botol bukan bocah kekinian
Dulu guru serang aku karena ku sering ngantuk
Tunjuk seringaiku bagai mereka sainganku
Mimpi selinganku ingin jadi paling angkuh
Ingin mereka panggil aku buat mereka saling aku
Kenal dengan Rand Slam, presiden anak menteng
Jalannya enteng, sambil petantang-petenteng
Menantang melenceng udah kayak sekte sesat
Abang apa ente sehat kok kayak ente tepar
Aku suka hip hop, sebelum punya ipod
Suka dengar Preemo karena beat yang benar prima
Dan mulai belajar rima pernah anggap sastra gila
Sampai ku gila sastra karena dengar Chairil Anwar
Pikir macam-macam, macam-macam pikiran
Malam-malam sendirian, angan-angan ketinggian
Siapa nenek moyangku, dulu kerja apa?
Apakah dia doyan mabuk dan suka menganggur?
Kadang ku terganggu, saudara dengan Kendrick
Eminem, panggil Snoop Dogg pamanku
Pemain sumo badanku, Big Pun tasbihkan
Aku penerus yang gerus kalian yang tak becus
Atau mungkin Jengis Khan, buat ku bengis kar-
Na liat kalian dengan mudah menista
Syair karena tak mahir, anggap sajak main-main
Anggap diri paling, paling-paling kau berpaling
Lari, lari jangan kemari, kita beda keturunan
Aku turunan Tupac, kamu turunan yang curam
Yang hanya bawa celaka bagi orang selanjutnya
Naikkan kemampuan karya moyang kulanjutkan
[Chorus: Senartogok & Rand Slam]
Nenek moyangku seorang penyair
Menggadai takdir hingga titik nadir
Nasib yang anyir menolak pandir
Sajak dan satir hidup belum berakhir
Deskripsi
Lagu ini membawa pendengar pada perjalanan penuh filosofi, dari pengakuan akan warisan budaya hingga pernyataan perjuangan kreatif dalam dunia modern.
Senartogok membuka lagu dengan referensi yang kaya akan sastra klasik dan modern, seperti Dante Alighieri, Bob Dylan, dan Remy Sylado. Lirik seperti “Nekro filia adalah penghujam mikrofon-dasi agamamu lagi pula Iqro” menyentuh hubungan antara seni, spiritualitas, dan perjuangan sosial. Ia mengaitkan seni dan penyair dengan revolusi, menciptakan narasi bahwa puisi adalah alat untuk melawan ketidakadilan dan mencari kebenaran.
Chorus menyimpulkan inti lagu: warisan penyair adalah perjuangan melawan kebodohan dan ketidakadilan. “Nenek moyangku seorang penyair” adalah metafora yang menegaskan hubungan kreator masa kini dengan pendahulunya, membawa semangat mereka ke masa depan.
Rand Slam membawa perspektif modern dengan refleksi pribadinya. Ia berbicara tentang perjalanan kreatifnya, dari mendalami sastra hingga terinspirasi oleh musik hip-hop. Lirik seperti “Aku suka hip hop, sebelum punya iPod” menunjukkan dedikasinya yang mendalam pada seni. Rand juga menyampaikan kecintaan pada tokoh sastra seperti Chairil Anwar, sambil menegaskan komitmennya untuk melanjutkan warisan kreatif nenek moyangnya.