Lagu “Sang Pengoceh” dari Pangalo! adalah sebuah karya musik yang memadukan lirik-lirik tajam dengan suara yang kuat. Dalam lagu ini, Pangalo! menghadirkan pesan-pesan provokatif yang mengeksplorasi tema-tema seperti pemberontakan, eksistensialisme, dan keinginan untuk hidup sesuai dengan apa yang dicintai. Lirik-liriknya yang penuh perlawanan merangkul pendengarnya dan memacu mereka untuk merenungkan makna kehidupan dan pemenuhan diri.
Lirik Lagu Sang Pengoceh
[Verse 1]
Aku tercengang, duniaku ternyata hanya cangkang
Ibuku mengangkang melahirkan sang pembangkang
Kudengungkan, sudut pandang lebih tajam dari pedang
Kupilih perang setiap kali akalku dikekang
Murka, biri-biri murka serudukkan tunduknya pada batas yang kau cipta
Perlahan menjelma, dulu manusia namun setelah kutolak sepuluh titah kini menjadi purna
Maka berkata, tak ada yang berbeda, antara tuhan dan bedebah dalam gereja
Mereka sama, dibaptiskan dusta yang inginkan dana juga darah para jamaah
Jalan hidup yang kupilih tak kan pernah kau mengerti
Karena mulai hari ini setiap tuan kuludahi
Lalu ku akan menari di atas nisanku sendiri
Tanami ladang sendiri, paneni buah sendiri
Dalam kepalaku ide dan realita saling beradu
Mengaduk kan fenomena menjadi ambigu
Bersatu meramu diriku yang baru
Buahkan rindu dari masa lalu yang palsu
Curahkan amarah membara dengan cinta
Karena kehendak kuasa lampaui apa yang diwariskan semesta
Pada umat manusia juga yang diharapkan manusia
Pada “setelah” ternyata hanya “tiada”
Dan kubersabda
Setiap mimpi-mimpi yang tertunda kan menjadi petaka
Biarpun kalah, apa yang kau mulai jangan beri jeda
Karena setiap langkah harus kau jalani sepenuhnya
[Bridge]
Mampus kau diri dicabik sepi
Di jalur ini kau kecup luka yang abadi
Maka tugas yang utama bukan untuk bahagia
Namun hidup sepenuhnya pada apa yang kau cinta
Mampus kau diri dicabik sepi
Di jalur ini kau kecup luka yang abadi
Maka tugas yang utama bukan untuk bahagia
Namun hidup sepenuhnya pada apa yang kau cinta
[Verse 2]
Ekspresi jiwaku mengakar dari hasrat yang terbakar
Maka akan aku bongkar setiap candu yang menjalar
Hingga diriku memudar dari semua batas wajar
Dan kutularkan ide bagai bisa racun ular
Maka tumbuhilah setiap pagar-pagar nalar agar ego tetap waras juga sadar
Bahwa hidup tak sekedar untuk duduk dan bersandar
Pada khotbah ayahmu yang selalu kau dengarkan, hidup ini kau lupakan
Sukma kau jadikan bagaikan sebuah makam
Biarlah gila, bagi mereka ku gila
Karena waras dalam dunia ini sungguh percuma
Hari ini kubermimpi dalam mimpi kubermimpi bahwa mimpi hanya mimpi
Bagi diri yang berdiri pada kakinya sendiri
Meski jiwa terasa sunyi ia pilih bara api tuk lampaui yang sejati
Deskripsi
“Sang Pengoceh” adalah salah satu lagu dalam album “Hurje!: Maka Merapallah Zarathustra” yang dirilis pada tahun 2018 oleh Pangalo!. Dalam lagu ini, Pangalo! menggabungkan beragam elemen musik dan sampel yang menciptakan atmosfer yang kuat. Lirik-liriknya memotret gambaran seorang pengoceh yang berani, berjuang melawan konvensi, dan mengikuti hasratnya tanpa ragu. Ia menantang norma-norma sosial dan ide-ide pra-determinisme, mendorong pendengar untuk mempertanyakan makna kehidupan dan eksistensi mereka sendiri.
FAQs
“Sang Pengoceh” dalam lagu ini menggambarkan sosok yang berani, berbicara dengan jujur, dan memberontak terhadap norma-norma sosial dan batasan-batasan yang diterapkan pada individu.
Pesan utama dalam lagu ini adalah tentang pentingnya hidup sesuai dengan hasrat dan prinsip Anda, bahkan jika itu berarti melawan arus dan menghadapi ketidaksetujuan sosial.
Lagu ini provokatif karena mencoba membangkitkan pemikiran kritis dan eksistensialisme dalam pendengarnya. Ia menantang ide-ide pra-determinisme dan menginspirasi individu untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang mereka cintai.
Pangalo! tampaknya ingin mendorong pendengar untuk menjadi “pengoceh” mereka sendiri, yang berani mengungkapkan pendapat dan mengikuti hasrat mereka, bahkan jika itu melibatkan perlawanan terhadap norma sosial.