Budak

Dalam album Waktu Bicara, Laze kerap menyinggung realita sosial yang dekat dengan keseharian masyarakat. Salah satunya hadir lewat track ke-6 berjudul “Budak” yang dirilis pada 11 Maret 2018. Lagu ini menyoroti berbagai bentuk keterikatan manusia modern terhadap gaya hidup, materialisme, hingga penindasan, dengan bahasa rap yang lugas sekaligus penuh kritik.

Lirik Lagu Budak

[Verse 1]
Kaos masih bagus beli lagi dari butik
Kita macam stalker tren dia selalu kita ikuti
Bukan kolektor keramik tapi masih beli Gucci (guci)
Armani beli lagi habis tiga kali cuci
Punya seorang istri dan seorang anak laki
Dengan wanita muda ia melangkahkan kaki
Masuk ke dalam hotel dan ketahuan massa
Baju masih kering tapi ia tertangkap basah
Mall macam gereja ia kesana tiap minggu
Diskon dari gerai baju itulah yang ia tunggu
Gesek kartu kredit macam ia punya uang
Tiap akhir bulan dikejar kejar penagih hutang
Karyawan yang rajin ia tidak pernah bolos
Bagai baju tanpa motif karena ia masih polos
Jadi bahan ejekan ia tak pernah lolos
Bahkan ia dipanggil oleh bos dengan kata budak

[Hook]
Budak (budak, budak, budak)
Budak (budak, budak, budak)
Budak (budak, budak, budak)

[Verse 2]
Ia seorang musisi dengan kualitas
Dan baru tanda tangani kontrak rekaman di kertas
Namun ia telah korbankan segala bakat
Agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat
Perempuan manis kulit putih mulus
Tapi sekolah dan cintanya sama-sama putus
Ia bersama seorang mata keranjang
Demi harta ia mau naik ke ranjang
Macam TV zaman dulu ia putih abu-abu
Di kelab pada malam sabtu ia masih ragu-ragu
Minum alkohol dan ikut berpesta ria
Agar popular seperti majalah pria
Ibu pejuang kerja di negeri seberang
Dengan seorang majikan jahat yang selalu berang
Macam geranat perang emosinya meledak
Karena majikannya panggil dia dengan kata budak

Deskripsi

Lirik “Budak” dibuka dengan gambaran seseorang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif. Dari membeli barang mewah hingga menggunakan kartu kredit berlebihan, Laze mengilustrasikan bagaimana tren dan citra sosial membuat orang rela menjadi “budak” konsumerisme. Penggambaran tentang mall yang diperlakukan layaknya gereja menekankan betapa kuatnya daya tarik kapitalisme dalam kehidupan sehari-hari.

Pada verse kedua, Laze memperluas makna “budak” dengan menyoroti berbagai sisi kehidupan: musisi yang mengorbankan idealisme demi popularitas, perempuan yang rela menjual diri demi harta, hingga pekerja migran yang mendapat perlakuan tidak manusiawi dari majikannya. Semua kisah ini memperlihatkan bagaimana kata “budak” bisa hadir dalam banyak lapisan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, maupun emosional.

Secara musikal, produksi dari Laze sendiri membungkus lirik penuh sindiran ini dengan beat yang tegas dan repetisi hook sederhana: “Budak, budak, budak.” Hook tersebut bukan hanya berfungsi sebagai pengingat, tetapi juga kritik tajam terhadap keterjebakan manusia pada sesuatu yang membatasi kebebasan mereka. Lagu ini menegaskan posisi Laze sebagai rapper dengan lirik reflektif dan berani mengangkat isu-isu sensitif dalam masyarakat.

FAQs

Apa makna utama dari lagu “Budak”?

Lagu ini mengkritik berbagai bentuk keterikatan yang membuat manusia terjebak, mulai dari konsumerisme, popularitas, hingga penindasan.

Siapa pencipta lagu “Budak”?

Lirik ditulis oleh Havie Parkasya (Laze), dengan produksi musik juga oleh Laze.

Mengapa hook lagu ini terdengar sangat repetitif?

Repetisi kata “Budak” dimaksudkan sebagai penegasan dan pengingat bahwa manusia sering kali terjebak dalam lingkaran yang sama.

Bagaimana lagu ini relevan dengan tema album Waktu Bicara?

Album ini banyak mengangkat isu sosial dan suara generasi muda. “Budak” menjadi salah satu track paling kritis dalam menggambarkan realita masyarakat modern.

Kapan lagu “Budak” dirilis?

Lagu ini dirilis pada 11 Maret 2018 sebagai track ke-6 dalam album Waktu Bicara.

You cannot copy content of this page