Ladunni

Lagu “Ladunni” karya Pensil Langit merupakan sebuah karya slow rap bernuansa sufistik yang mengajak pendengarnya menyelami makna ilmu, cahaya batin, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Melalui lirik yang puitis dan penuh simbol spiritual, lagu ini menggambarkan perjalanan jiwa dalam memahami ilmu yang tidak tertulis, ilmu yang hadir bukan dari kata-kata, melainkan dari keheningan hati. Ladunni menjadi refleksi mendalam tentang pencarian makna hidup di balik hiruk-pikuk dunia.

Lirik Lagu Ladunni

[Intro]
Sebelum aku belajar menulis
Di antara diam dan naratiflis
Aku telah dibaca oleh kasta
Di situlah ilmu mula berbicara tanpa suara

[Chorus]
Dari sisi yang tak tertulis, aku faham bila hilang
Dari nur yang tak terlukis, aku tenang dalam terang
Ilmu bukan pada bibir, tapi di dada yang pasrah
Bila akal rebah, barulah nur melangkah

[Verse 1]
Di hampar sunyi aku duduk bersila
Mendengar suara tiada bernada
Bukan telinga yang mendengar khabar
Tapi jiwa yang digerakkan sabar
Aku renung cermin tak berwajah
Terpancar cahaya tak bernyala
Dalam gelap terbit hikmah
Tanpa tinta, tanpa kalam, tapi penuh makna
Zahirku faqir, batinku faqih
Di antara dua aku berdalih
Menuntut ilmu tiada madrasah
Tapi hatiku jadi musyahadah
Aku tanya pada langit, ia menjawab dalam hujan
Aku tanya pada laut, ia berdzikir dalam gelombang
Dari arus ke nadi turunlah makrifah
Bukan kerana belajar, tapi kerana disingkap tabir rahsia Allah

[Chorus]
Dari sisi yang tak tertulis, aku faham bila hilang
Dari nur yang tak terlukis, aku tenang dalam terang
Ilmu bukan pada bibir, tapi di dada yang pasrah
Bila akal rebah, barulah nur melangkah

[Verse 2]
Telah terbuka hijab di dada, terbentang kitab tiada huruf
Lafaznya ghaib, namun maknanya luruh, ke kalbu turun seumpama arus
Aku membaca kalam yang tak tertulis, di langit jiwa tiada garis
Tiap noktahnya hidup, tiap diamnya berbisik itulah rahsia Ladunni yang manis
Kata tidak dihafaz, tapi diwahyukan pada sukma
Datangnya lembut seperti bayu dari Sidratul al-Muntahā
Jari menulis tanpa pena, tangan bergetar tanpa perintah
Akal tunduk pada hikmah, roh berbicara dengan musyahadah
Aku tafsirkan nur pada huruf alif
Lurusnya satu, tapi maknanya tak muflis
Aku cium rahsia dalam huruf mim
Di situ tersembunyi rahmat, dan sedikit azim
Tiada talaqqi melainkan dari nur hakiki
Tiada sanad melainkan hati yang suci
Itulah ilmu yang tidak dicari
Tapi dicampak terus dari Ilahi
Dulu aku melakar setiap abjad pada kata
Kini setiap kata menjadi mahkota minda
Untuk tetap kukuh pada kalimat ibunda
Supaya tidak hilang makna dalam bahasa

[Bridge]
Serpih makna bertembung di nadi
Huruf-huruf berperang dalam diri
Setiap dalil jadi senjata ilusi
Antara yakin dan syak siapa yang suci?

[Outro]
Bila huruf lenyap, tinggal makna
Bila makna lenyap, tinggal Dia
Bila aku lenyap, hilang nama
Tapi di hilang itulah aku jumpa-Nya

Deskripsi

Lirik “Ladunni” berakar pada konsep ilmu ladunni, yaitu pengetahuan yang dianugerahkan langsung oleh Allah tanpa perantara formal, sebagaimana dikenal dalam tradisi tasawuf. Sejak bait pembuka, Pensil Langit menegaskan bahwa ilmu sejati tidak selalu lahir dari tulisan, kitab, atau madrasah, melainkan dari pengalaman batin dan kejernihan hati.

Pada bagian chorus, pesan utama lagu semakin kuat: ilmu bukan berada di lisan, tetapi di dada yang pasrah. Akal yang tunduk justru menjadi jalan bagi hadirnya nur (cahaya Ilahi). Ini menggambarkan kritik halus terhadap kesombongan intelektual dan penekanan pada kerendahan hati sebagai pintu makrifat.

Di Verse 1 dan Verse 2, lirik dipenuhi metafora alam seperti langit, laut, hujan, dan gelombang yang semuanya digambarkan sebagai media zikir dan pembawa hikmah. Pensil Langit menempatkan alam semesta sebagai “kitab terbuka” yang bisa dibaca oleh jiwa yang bersih. Huruf-huruf hijaiyah seperti alif dan mim digunakan sebagai simbol tauhid dan rahasia ketuhanan yang dalam, menegaskan kedalaman spiritual lagu ini.

Bagian bridge dan outro membawa pendengar pada puncak perenungan: ketika huruf lenyap, tinggal makna; ketika makna lenyap, tinggal Dia. Pesan ini menekankan fana’—lenyapnya ego dan identitas diri—sebagai jalan untuk benar-benar mengenal Tuhan. Lagu ini bukan sekadar karya musik, melainkan renungan eksistensial tentang ilmu, iman, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Ilahi.

Banner

Seedbacklink affiliate

You cannot copy content of this page