Lari, Kamerad! Dunia Tua di Belakangmu

“Lari, Kamerad! Dunia Tua di Belakangmu” adalah lagu yang menggugah semangat perlawanan dan revolusi. Melalui liriknya yang penuh dengan referensi sejarah dan ideologis, Kontrev menyuarakan kegelisahan terhadap sistem yang stagnan dan mengajak pendengarnya untuk terus bergerak maju, meninggalkan dunia lama yang usang. Lagu ini menjadi sebuah manifesto yang menyerukan keberanian untuk menuntut perubahan radikal.

Lirik Lagu Lari, Kamerad! Dunia Tua di Belakangmu

[Verse 1]
Ulangi mimpi Errico Malatesta
Hasrat merusak, kesenangan kreatif
Perang sipil blak-blakan lebih baik ketimbang
Menciptakan sebuah kedamaian yang busuk (Mikhail Bakunin)
Gelorakan kembali semangat Paris ’68
Kontra-revolusioner adalah kebosanan
Waktunya merebut hak untuk berkehidupan
Persenjatai diri, tuntut ketidakmungkinan

[Chorus]
Berlarilah lebih cepat, wahai kamerad!
Dunia tua membuntutimu dari belakang
Berlarilah lebih cepat, wahai kamerad!
Dunia tua membuntutimu dari belakang

[Verse 2]
Sistem terbaik adalah penghancuran
Destruksi fatal hingga titik paling rawan
Melampaui militansi era Emma Goldman
Resistensi berkelanjutan lupa tarian
Merakit molotov bagaikan desir cinta
Layak selongsong senapan, sang Durutti pernah bicara
Rekonstruksi surga di atas puing kota
Senandung kemenangan dengan nada swakelola

[Pre-Chorus]
Batu kerikil di genggaman tangan, senjata minimal bagi pertempuran
Nyawa bukanlah batas bagi kita untuk menyerah
Batu kerikil di genggaman tangan, senjata minimal bagi pertempuran
Nyawa bukanlah batas bagi kita untuk menyerah

[Chorus]
Berlarilah lebih cepat, wahai kamerad!
Dunia tua membuntutimu dari belakang
Berlarilah lebih cepat, wahai kamerad!
Dunia tua membuntutimu dari belakang

Deskripsi

Lirik “Lari, Kamerad! Dunia Tua di Belakangmu” adalah sebuah narasi yang sarat makna, mengajak pendengar untuk menghidupkan kembali semangat revolusi. Pada bait pertama, lagu ini mengutip nama-nama besar seperti Errico Malatesta dan Mikhail Bakunin, menggambarkan hasrat untuk menghancurkan sistem yang busuk demi menciptakan dunia yang baru. Semangat perlawanan dari Paris ’68 juga disebutkan sebagai pengingat pentingnya melawan kebosanan yang lahir dari kontra-revolusi.

Bagian chorus berfungsi sebagai ajakan eksplisit untuk terus bergerak maju, melawan dunia lama yang mencoba menarik kembali ke belakang. Frasa “Berlarilah lebih cepat, wahai kamerad!” adalah simbol dari dorongan untuk berjuang tanpa henti.

Pada bait kedua, Kontrev memperkuat pesan dengan menyebut tokoh-tokoh seperti Emma Goldman dan Buenaventura Durruti. Lirik ini menggambarkan penghancuran sebagai langkah awal menuju penciptaan sesuatu yang baru, dengan metafora seperti “molotov bagaikan desir cinta.” Lagu ini juga menyinggung konsep swakelola sebagai model ideal rekonstruksi kehidupan setelah kehancuran sistem lama.

Bagian pre-chorus memberikan penguatan emosional: bahwa senjata sederhana sekalipun, seperti batu kerikil, dapat menjadi alat perlawanan yang efektif. Pesan ini menegaskan bahwa nyawa tidak boleh menjadi batas dalam perjuangan untuk kebebasan.

Secara keseluruhan, lagu ini adalah sebuah seruan untuk keberanian kolektif, mendorong pendengar untuk tidak takut meninggalkan sistem lama demi memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

Latest Songs

You cannot copy content of this page