“Zuhud” adalah kolaborasi luar biasa antara Kmy Kmo, Luca Sickta, dan legenda musik Malaysia Dato M. Nasir. Lagu ini mengusung tema spiritual dan moralitas, menggambarkan perjalanan manusia dalam mencapai kebajikan dan menghindari godaan duniawi. Dengan lirik yang penuh makna dan iringan musik yang menggetarkan, lagu ini menjadi refleksi mendalam tentang hidup dan keimanan.
Lirik Lagu Zuhud
[Intro: Kmy Kmo]
Saat serunai menjerit suatu hari nanti
Segala yang di langit dan segala yang di bumi
Yang hidup, yang mati, yang menyamun, yang bijak
Semuanya kan dibangunkan di padang tuk berarak
[Chorus: Dato M. Nasir]
Baik dan cekal bagus, ikut penunjuk arah
Kolang-kaling bertungkus, lurus mengikut arah
Bengkak bengkil di hati, surut dimakan hari
Lumrah lalang buana rempuh tembok langkah kiri
[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Jadi baik cekal bagus, terus zuhud ke bawah
Elak dibakar hangus atau dihumban ke kawah
Jadi baik kekal rakus, terus menanam ubi
Ramai mengejar fulus lupa sebar saham budi
[Verse 1: Kmy Kmo]
Orang dagang dah berlabuh sauh, sedia siaga di bumi Tuhan
Tenang ku terbang walaupun jauh, bawa pikulan tugas suruhan
Nafsu digendang diri ku jatuh, mungkin kah kerna ku budak hutan
Emosi senang berang dan patuh telunjuk lakhus pun diturutkan
Yang diturunkan engkau lupuskan sahabat kudus tak dikhususkan
Kau pupuskan, kau putuskan, yang ditumpukan bukan keperluan
Kekal tumpuan buang kemahuan, tujuan hidup bagaikan ramuan
Dituang iman jadikan acuan dalam perjalanan bersama panduan
Eh, bukan hanya cukup lima, bukan sekadar cukup enam
Mahu rasakan delima di syurga iman jangan benam
Kerap lima, enam kali, sehari kita diganggu
Teguh jati diri dari dibelenggu rindu bercandu
Jadi baik (baik), zuhud (zuhud), ke bawah tanam budi
Bunuh semua ego yang memagar hati budimu
Baik (baik), sujud (sujud), walau harta ratus beribu
Berjuta kesan robak-rabik hilang kerna budimu
[Chorus: Dato M. Nasir]
Baik dan cekal bagus, ikut penunjuk arah
Kolang-kaling bertungkus, lurus mengikut arah
Bengkak bengkil di hati, surut dimakan hari
Lumrah lalang buana rempuh tembok langkah kiri
[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Jadi baik cekal bagus, terus zuhud ke bawah
Elak dibakar hangus atau dihumban ke kawah
Jadi baik kekal rakus, terus menanam ubi
Ramai mengejar fulus lupa sebar saham budi
[Verse 2: Luca Sickta]
Andam karam waktu dalam salam
Awan gelap karung kunci dada
Ragam malam kenal suara tidak
Dijatuhnya hukum hamba tanpa sua
Rata-rata jadi patah siku
Kerna risau hunus pisau bocor saku
Mata-Mata jadi lali bisu
Tanpa hirau hangus jiwa dah terpaku
Kemudi hasrat biar sampai dapat
Berbudi niat gapai yang tersirat
Yang bersekutu mula menggerutu
Bila timbang mutu, masih rujuk buku
Jadi baik, cekal bagus, dari riak, bebal terus
Jadi bijak kerna ilmu dari menyalak nafsu cemburu
Jadi baik
[Bridge: Dato M. Nasir]
Larikan nyawa dari, lancar mulut celupar
Lara wirang sendiri, lepas mulut celupar
Ringan menanam budi, hasilnya usah takut
Dari Maha Pemberi, pasti nasi di lutut
[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Jadi baik cekal bagus, terus zuhud ke bawah
Elak dibakar hangus atau dihumban ke kawah
Jadi baik kekal rakus, terus menanam ubi
Ramai mengejar fulus lupa sebar saham budi
[Outro: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Jadi baik cekal bagus
Terus jadi baik kekal rakus
Terus jadi baik zuhud ke bawah tanam ubi
Jadi baik berbudi kan untung bukan rugi, jadi?
Deskripsi
Lirik “Zuhud” menyoroti pentingnya hidup sederhana, penuh rasa syukur, dan menjauh dari keserakahan.
Pada Intro, Kmy Kmo membuka lagu dengan visualisasi hari akhir, mengingatkan bahwa segala yang ada di dunia ini bersifat fana. Frasa seperti “Segala yang di langit dan segala yang di bumi” menggambarkan kepastian akhir dari segala sesuatu.
Chorus yang dinyanyikan oleh Dato M. Nasir menekankan pentingnya sikap baik dan konsistensi dalam menjalani hidup. Kalimat seperti “Baik dan cekal bagus, ikut penunjuk arah” memberikan arahan untuk selalu berjalan di jalur yang benar, menghindari godaan duniawi yang bisa merusak moralitas.
Verse 1 dari Kmy Kmo menggambarkan pergulatan batin dan perjuangan melawan hawa nafsu. Lirik seperti “Nafsu digendang diri ku jatuh, mungkin kah kerna ku budak hutan” menunjukkan perjuangan pribadi untuk tetap teguh pada prinsip hidup yang benar. Kmy Kmo juga menekankan pentingnya iman sebagai panduan hidup.
Verse 2 yang dibawakan oleh Luca Sickta berisi kritik sosial tentang manusia yang terjebak dalam ambisi tanpa batas. Ia menyebutkan betapa godaan duniawi dapat membutakan hati dan pikiran, seperti dalam lirik “Kemudi hasrat biar sampai dapat, berbudi niat gapai yang tersirat”. Luca mengingatkan bahwa kebaikan sejati berasal dari niat yang tulus.
Bagian Bridge oleh Dato M. Nasir menjadi puncak spiritual dari lagu ini, menyerukan agar manusia tetap menanam kebaikan meskipun hasilnya mungkin tak langsung terlihat. Frasa “Dari Maha Pemberi, pasti nasi di lutut” menegaskan keyakinan bahwa setiap usaha baik akan mendapat balasan yang adil dari Tuhan.