Gong Nekara

“Gong Nekara” adalah karya kolaboratif antara Kmy Kmo dan Luca Sickta, yang mengangkat tema mistis dengan sentuhan kritik sosial. Melalui lirik yang sarat simbolisme dan ritme yang intens, lagu ini menghadirkan pengalaman mendalam di antara realitas dan imajinasi.

Lirik Lagu Gong Nekara

[Pre-Chorus: Kmy Kmo]
Tubuh berbulu, matanya merah dalam rimba
Aku keliru angkatan ke lembaga menjelma?
Urat kepala berdenyut cemas tak tenteram
Aku keliru berbaur seram dengan geram

[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba aku diam tapi tadi siapa nyanyi?
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba semua diam aku tahu siapa nyanyi

[Verse 1: Kmy Kmo]
Dilontar lampiran yang tak seberapa mengusik
Nak dionarkan sakinah yang sebati di bumi muzik
Buncah dek, tertumbuk akal tua picik yang mula semakin uzur kufur
Nikmat yang diberi percuma lantas nafsunya terus menggelupur
Rongga ritma rambang gila, kuku bima bacok lidah
Longgar rima lambang nila, susu dijaga rosak dah diludah
Separuh baris salam sua, kenal dalam dunia nista
Pelaris dicari dalam gua untuk diguna demi dusta cita
Invasi kritikal, silap ritual, basi fizikal, membengkak mual
Injaksi lirikal, gilap visual, salah magikal, katak berbual
Mahu klasikal, beli dan jual, beli mistikal, jual mistikal
Beribu tahun, berkali lantun, berjuta pantun, berjujuk lakon
Ya, pungkur panas berdarah gusi ke, hilang nafas yang tata susila
Ukur ganas pada kerusi je, bilang emas hmm jauh lagi la
Ukur agas dengan burung hantu, cari nahas di gua puaka
Mantera lahir dari jari hantu, matra ganas tak cari suaka

[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba aku diam tapi tadi siapa nyanyi?
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba semua diam aku tahu siapa nyanyi

[Verse 2: Luca Sickta]
Pantun angkuh lantun rakus rumus
Santun patuh jakun kamus kubus
Seru jangan sampai tamak nama
Deru arus angan, tambat, lambai saka
Mata merah tangan santai bila
Diam duduk tak berantai m aka
Tindak tanduk pun ter urai
Dendam silam tusuk terburai (wo oh)
Naik bongkak sudah sampai otak
Sambil dongak waktu tolak
Makhluknya rongak kepala botak
Minda todak namun masih hidup dalam kotak
Tayang usah jika jiwa tu mudah melayang
Resah tenang diri sendiri sudah dikarang
Apa lagi? mahu jadi?
Terikat dengan bayang sendiri dari dulu sampai hari ini (huh)

[Chorus: Kmy Kmo & Luca Sickta]
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba aku diam tapi tadi siapa nyanyi?
Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?
Dalam rimba semua diam aku tahu siapa nyanyi

[Verse 3: Kmy Kmo]
Aku lempar tari Iqram mengusik ego tua
Kau ombak singgah omong nisbah gangguan yang tak dihirau
Mungkin dulu rimba tebal semua berbekalkan pisau
Ini zaman sembur pucuk lagi laju dari santau
Makin hari makin resah jiwa yang cuba ditenang
Tewas juga hujung hari lepas hari baru menang
Nafsu lonjak bakar hati jantung pun laju digendang
Bila jauh jadi abdi Masuth puji pakai tendang
Murrah gelakkan kau, aku, kita kerna dah berjaya
Lumrah gerakan si alpa mudah lena lepas kaya
Bukan harta atau benda dikejarnya hanya batu
Bukan Alpha atau Mambang yang ku gentar hanya Satu (Allahuakbar, Allahuakbar)

[Outro: Kmy Kmo]
Aku lempar tari Iqram mengusik ego tua
Kau ombak singgah omong nisbah gangguan yang tak dihirau

Deskripsi

Lagu “Gong Nekara” menggunakan elemen mistik dan kritik untuk menggambarkan kebingungan, kekacauan, dan perenungan dalam kehidupan.

Di Pre-Chorus dan Chorus, Kmy Kmo menyampaikan perasaan terasing dan misteri dalam rimba kehidupan. Frasa seperti “Aku (aku), engkau (aku), dia (aku) siapa tadi?” mencerminkan pencarian identitas dan suara yang tersembunyi.

Verse 1 membawa kritik tajam terhadap keserakahan dan hilangnya moralitas. Lirik seperti “Rongga ritma rambang gila, kuku bima bacok lidah” menunjukkan bagaimana keindahan seni telah terkorupsi oleh keinginan duniawi. Kmy Kmo juga menyentuh fenomena mistis yang dipakai untuk mencapai tujuan egois.

Verse 2 yang dibawakan oleh Luca Sickta menambah lapisan filosofi dengan pantun yang membahas sifat manusia yang sombong dan terikat dengan bayangan diri sendiri. Ia mengkritik ketergantungan pada status dan ilusi, menyampaikan pesan bahwa kebijaksanaan sejati datang dari kebebasan batin.

Verse 3 kembali ke Kmy Kmo dengan lirik yang mendalam, menyampaikan pergulatan batin dan kesadaran bahwa hanya Tuhan yang harus ditakuti. Dengan referensi mistik seperti “Ini zaman sembur pucuk lagi laju dari santau,” Kmy Kmo menggambarkan perubahan zaman yang semakin cepat dan penuh tantangan spiritual.

Latest Songs

You cannot copy content of this page