Lagu “Sarjanal” karya Julian Sadam, yang dirilis pada tahun 2019, hadir sebagai kritik sosial yang tajam terhadap sistem pendidikan tinggi dan peranannya dalam tatanan kapitalisme. Dengan gaya spoken word yang penuh satir, Julian Sadam menyuarakan keresahan terhadap neokolonialisme struktural yang melekat dalam dunia akademik di Indonesia. Lagu ini bukan sekadar protes, tetapi juga bentuk perlawanan naratif yang menggugat sistem dari dalam, sekaligus menggambarkan kegelisahan generasi muda yang sadar akan kemunafikan institusional.
Lirik Lagu Sarjanal
[Intro]
Saya kira universitas berhentilah ya
Menyibukkan diri dengan embel-embel world class university, research university
Whatever ya, bagi saya itu semua hanyalah cerminan dari Neokolonialisme
Dan jangan-jangan memang kenyataannya seperti itu
Bahwa pada dasarnya perguruan tinggi di Indonesia
Selama ini berperan sebagai pusat pengkaderan agen-agen kolonial
[Verse]
Kami sarjanal, siap menjilat dengan binal
Setiap kanal sekrup sendi kapital dan mati pada nominal
Sekolah bertahun-tahun kini kami siap terjun
Attitude kami santun, nalar kami sekelas pecun
Berikan sertifikat lulus tahap tuk menjilat
Kongsi jahat birokrat kontraktor bersindikat
Selama kasta terangkat lengkap dengan pangkat
Berbalut brokat, jadi peduli setan pengabdian masyarakat
Yang jelas sekarat dan masih mabuk zat pelekat
Pabrik semen menyekat dan buruh berserikat
Cukup berikan mereka zakat dan tendangan aparat
Kami kejar martabat hingga lebihi malaikat
Otak kami terikat satu syaraf dengan pantat
Ilmu yang kami dapat terkikis belerang sulfat
Kepala kami terpahat seperangkat plakat
Jalan terus memanjat, belok kiri itu sesat
Ya bung, kau tersesat (hehe)
Deskripsi
“Sarjanal” merupakan gabungan dari kata “sarjana” dan “binal”, yang menciptakan makna baru: seorang intelektual lulusan perguruan tinggi yang justru menyimpang dari nilai-nilai idealisme dan integritas. Lagu ini dibuka dengan spoken word yang memantik perenungan mendalam tentang bagaimana universitas di Indonesia bisa jadi tidak lebih dari mesin pencetak agen-agen kolonial baru. Julian Sadam dengan lugas menyebut bahwa gelar akademik kini justru menjadi alat untuk mengabdi pada sistem, bukan untuk mengubahnya.
Dalam verse utama, lirik-lirik Julian menguliti kondisi lulusan perguruan tinggi yang kehilangan daya kritis. Mereka digambarkan sebagai “siap menjilat dengan binal” demi mendapat posisi dalam struktur kapitalisme, tanpa mempertanyakan sistem yang menindas. Penyebutan sertifikat, birokrat, hingga kongsi jahat menjadi simbol dari ironi pendidikan: semakin tinggi ilmu, semakin jinak nalar terhadap kekuasaan dan uang.
Satir semakin tajam saat Julian menyentuh soal kemunafikan sosial: pengabdian masyarakat yang hanya formalitas, buruh yang ditindas atas nama pembangunan, serta mahasiswa yang lebih sibuk mengejar prestise ketimbang substansi. Baris seperti “otak kami terikat satu syaraf dengan pantat” dan “kepala kami terpahat seperangkat plakat” mempertegas betapa absurdnya kondisi akademisi yang tercerabut dari realitas rakyat.
Secara keseluruhan, “Sarjanal” adalah karya puisi perlawanan yang membongkar ilusi kemuliaan akademik. Lagu ini tidak hanya menggugat sistem, tetapi juga mengajak para pendengarnya untuk merefleksikan posisi dan peran mereka dalam pusaran kekuasaan, kapital, dan kemunafikan institusional.
FAQs
Lagu ini mengkritik tajam sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang dianggap telah menjadi alat reproduksi kekuasaan dan kapitalisme.
“Sarjanal” merupakan plesetan dari kata “sarjana” yang digabung dengan “binal”, menggambarkan lulusan universitas yang kehilangan moral dan kritisisme.
Julian Sadam adalah musisi, penulis, dan aktivis sosial yang dikenal lewat karya-karya lirisnya yang penuh kritik terhadap struktur kekuasaan, terutama dalam konteks pendidikan dan sosial-politik.
Lagu ini menggunakan pendekatan spoken word yang cenderung bebas melodi, namun sangat kuat secara pesan dan gaya bahasa satir, sarkastik, dan lugas.
Sangat jelas. Lagu ini sarat muatan politik dan sosial, khususnya dalam menggugat hubungan antara pendidikan tinggi, kekuasaan negara, dan struktur kapitalisme.