Lagu “Arogansi Tangan Besi” dari Gold Voice adalah teriakan perlawanan terhadap ketidakadilan, korupsi, dan sistem otoriter yang menindas. Dengan lirik yang kuat dan penuh emosi, lagu ini menyoroti rasa frustrasi dan amarah terhadap penguasa yang memanipulasi rakyat. Kombinasi beat yang menghentak dan gaya rap agresif menjadikan lagu ini sebuah anthem bagi mereka yang melawan ketidakadilan.
Lirik Lagu Arogansi Tangan Besi
[Chorus]
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
[Verse 1: Dwix]
Mereka hanya bisa menusuk pedang belakang punggungmu
Pasang jadi pada pelatuk pistol membidik dirimu
Mereka berkendara lapis baja menghadang langkahmu
Luncukan peluru ke dalam tubuhmu
Dasar pengecut, buka seragam otak idiot pikiran kolot sudah berani bilang patriot
Dasar pengecut, pikiran kotor raja koruptor koloni oplosan dalang segudang eksekutor
Dalam hiruk pikuk negeri suap semakin tidak terkendali
Taring berbisah siap memangsa mimpi anak negeri
Prostitusi tangan besi masih tidak manusiawi
Cuih, tiada henti pahit pasti menghantui
[Verse 2: Rovy]
Dan kini kami kembali
Bawa rima dan dibagi-bagi
Bersama amunisi tangan besi
Kumpulan para pasukan kumuh
All ma homie eyo, one two, one two
Hati-hati kamu yang di situ
Ku tak peduli dengan siapa dirimu
Sudah-sudah mati dirimu
Dan dirimu tak berguna di depan ku
Eyo motherf-cker!
[Verse 3: Wira]
Daratan hampa tanpa makna
Dari akta terevolusi sebuah fakta
Dari hunusan para MC mengumbar prosa
Dari asa hingga sarana kertas berkala
Di mana tawa melihat manusia berpenyakitan
Sebuah monitor yang tertutup barisan militan
Demi keagungan rela untuk menghancurkan
Apakah arti makna keadilan?
[Verse 4: Tyo]
Matilah kau ciargh
Pembual janji-janji
Para pemimpin negeri kami
Gateli, gateli
Kamu pikir kita hanya basa-basi
Posisi strategi segala sisi-sisi
Masih ku tak mengerti
Dengan kondisi saat ini
Mau dibawa kemana politik kita hanya biasa saja
Tak ada apa-apa hanya fiktif belaka
[Chorus]
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
[Verse 5: Oddy]
Rima kutukan pada delegasi tanpa kompromi
Serupa hunusan belati pada koloni pengepal jemari
Kau yang memaksa kami menyulut amarah pada nadi
Yang menagih janji pahlawan palsu serupa genbi
Kutantang satir dengar syairku sebagai matir
Oplosan undang-undang terkoordinir membawa kita ke titik nadir
Dominasi hirarki doktrin penuhi terror dan horror
Saat di mana semua menagih fakta ilusi testamen anti terror
Dominasi arogansi ciptakan takdir kutukan
Yang menggiring kebebasan pada pusara di tengah rutan
Haruskah kita terdiam saat identitas digantikan nisan
Waktu telah tiba untuk membakar raga arsitek pemiskinan
[Chorus]
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
Jangan jerah bila kita tertindas
Tebas dia karena kita garis keras
Deskripsi
“Arogansi Tangan Besi” adalah kritik tajam terhadap sistem politik, korupsi, dan kekuasaan otoriter. Liriknya mencerminkan perjuangan melawan penindasan dan dominasi sistem yang tidak manusiawi.
- Chorus menekankan semangat pantang menyerah meskipun berada di bawah tekanan. Frasa “Jangan jerah bila kita tertindas, tebas dia karena kita garis keras” menjadi seruan penuh daya untuk melawan sistem yang menindas.
- Verse 1 (Dwix) adalah pembukaan yang intens dengan lirik yang menggambarkan kelicikan dan pengecutnya para penguasa yang korup. Kalimat seperti “Dasar pengecut, buka seragam otak idiot” adalah ejekan langsung kepada mereka yang menyalahgunakan kekuasaan.
- Verse 2 (Rovy) menghadirkan energi pemberontakan yang kuat. Dengan gaya agresif, ia menunjukkan ketidaktakutan untuk menghadapi musuh, seperti dalam lirik “Ku tak peduli dengan siapa dirimu, sudah-sudah mati dirimu.”
- Verse 3 (Wira) menawarkan perspektif filosofis tentang realitas sosial. Lirik seperti “Apakah arti makna keadilan?” mengajak pendengar untuk merenungkan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan.
- Verse 4 (Tyo) adalah kritik tajam terhadap janji palsu dan kebohongan politik. Lirik seperti “Mau dibawa kemana politik kita hanya biasa saja” menunjukkan rasa frustrasi terhadap stagnasi sistem.
- Verse 5 (Oddy) menutup lagu dengan nada yang paling tajam dan berani. Ia menyerukan perlawanan terhadap manipulasi sistem, dengan lirik seperti “Dominasi arogansi ciptakan takdir kutukan.”
Lagu ini adalah manifesto perlawanan yang ditujukan kepada mereka yang menyalahgunakan kekuasaan, menggabungkan narasi sosial yang mendalam dengan energi musik yang membakar.