Diari Bertinta Luka

Lagu “Diari Bertinta Luka” karya Pensil Langit adalah sebuah refleksi batin yang lahir dari keheningan, doa, dan luka yang tak selalu mampu diucapkan. Dengan lirik puitis yang sarat makna spiritual, lagu ini menggambarkan perjalanan seorang hamba yang jatuh, tersesat, lalu perlahan kembali pulang kepada Tuhan. Tidak sekadar bercerita tentang kesedihan, lagu ini mengajak pendengarnya memahami bahwa luka juga bisa menjadi jalan menuju kesadaran dan keikhlasan.

Lirik Lagu Diari Bertinta Luka

[Verse 1]
Sunyi beralun di tikar malam
Doa bergetar dalam diam
Batu di dada, beban tak bernama
Namun langit tetap kirim cahaya
Air mata gugur tak sempat diseka
Hidup ini seperti teka-teki luka
Ada yang hilang, ada yang tinggal
Tapi Tuhan tak pernah berpaling walau sesaat

[Pre-Chorus]
Tak semua yang runtuh itu hancur
Kadang rebah itu ajar kita jujur

[Chorus]
Ya Ilahi, tuntun aku pulang
Bila jiwa hampir tenggelam
Langit-Mu saksi tiap resah
Dalam diam, Kau paling dekat
Biar dunia menepis arah
Aku tetap mahu kembali
PadaMu yang tak pernah lupa
Kerana ini diari bertinta luka

[Verse 2]
Dari akar rebung, aku datang bertongkat luka
Setiap nafas berhutang, tiap langkah bersoal tanya
Hidup ibarat syair gundah di atas daun renyai
Hujan pun tahu manusia itu mudah lalai
Aku khatam kitab duka, hela demi hela
Cari makna pada retak, bukan cuma pada gila
Adakah Tuhan menjauh bila dunia membatu?
Atau kita yang lupa, tersesat dalam ratu nafsu?
Wahai hati yang meratap, jangan pernah letak noktah
Kerana dalam gelap, sinar bukan mitos mudah
Setiap luka mengajar, setiap jatuh mengingatkan
Yang hidup ini hanya pinjaman bukan milikan

[Bridge]
Aku tulis hidup dengan tinta luka
Tapi aku ubah ia jadi doa
Aku lari dariMu dalam gelap
Tapi Kau tunggu aku tanpa lelah
Kau tak butuh kata indah dari mulutku
Cukuplah hati yang ikhlas mengaku
Aku hamba, aku lalai, aku perlu
Dan Kau tetap di situ, tak pernah jemu

[Chorus]
Ya Ilahi, tuntun aku pulang
Bila jiwa hampir tenggelam
Langit-Mu saksi tiap resah
Dalam diam, Kau paling dekat
Biar dunia menepis arah
Aku tetap mahu kembali
PadaMu yang tak pernah lupa
Kerana ini diari bertinta luka

[Outro]
Dan bila semuanya diam
Tuhan masih mendengar
Bahkan keluhan yang tak terucap
Tersirat dalam getar roh

Deskripsi

Secara keseluruhan, “Diari Bertinta Luka” menghadirkan narasi kontemplatif tentang manusia yang bergulat dengan beban hidup, rasa kehilangan, dan kegelisahan iman. Sejak bait awal, lirik menggambarkan suasana sunyi malam, doa yang bergetar, serta air mata yang jatuh sebagai simbol ketidakberdayaan manusia di hadapan takdir.

Bagian pre-chorus menegaskan pesan penting bahwa tidak semua keruntuhan berarti kehancuran. Justru dari rebah dan jatuh, manusia diajak untuk belajar jujur pada diri sendiri dan pada Tuhan. Ini menjadi pengantar kuat menuju bagian chorus, yang berisi doa kepulangan—sebuah permohonan agar tetap dituntun kembali ke jalan Ilahi meski dunia sering menepis arah.

Pada verse kedua, Pensil Langit memperluas makna luka sebagai guru kehidupan. Lirik-liriknya menyinggung kefanaan hidup, kelalaian manusia, dan kesadaran bahwa hidup hanyalah pinjaman. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang muncul bukanlah bentuk keraguan, melainkan upaya memahami hubungan antara penderitaan, iman, dan kasih Tuhan yang tak pernah benar-benar menjauh.

Bagian bridge menjadi inti emosional lagu. Di sini, “tinta luka” dimaknai sebagai doa—bahwa pengalaman pahit dapat ditransformasikan menjadi pengakuan dan kepasrahan. Tuhan digambarkan sebagai sosok yang menunggu tanpa lelah, tidak menuntut kata-kata indah, melainkan kejujuran hati seorang hamba.

Penutup lagu kembali menegaskan pesan spiritual utama: bahkan ketika segalanya terasa diam, Tuhan tetap mendengar, termasuk keluhan yang tak terucap. “Diari Bertinta Luka” bukan sekadar lagu tentang kesedihan, melainkan tentang harapan, taubat, dan kedekatan Ilahi yang justru terasa paling nyata dalam sunyi.

Banner

Seedbacklink affiliate

You cannot copy content of this page