Lagu “Luka Yang Sa Bawa” karya Bang Yan adalah curahan hati paling jujur tentang luka batin yang dipendam terlalu lama. Dengan balutan slow rap bernuansa Timur Indonesia, lagu ini menyuarakan rasa sakit akibat kata-kata yang melukai, perasaan dianggap sebagai beban, serta jeritan sunyi seorang anak yang hanya ingin dimengerti—terutama oleh ibunya. Lagu ini terasa personal, lirih, dan sangat dekat dengan realitas banyak orang.
Lirik Lagu Luka Yang Sa Bawa
[Verse 1]
Taukah ko Ibu, dorang bilang sa beban
Kata-kata tajam, hancurkan sa perlahan
Hati ni luka, tra bisa sembuh lagi
Setiap ucapan jadi racun di dalam diri
[Pre-Chorus]
Sa tra minta banyak dalam hidup ini
Hanya ingin ko tau apa yang sa rasa kini
Su terlalu hancur hadapi semua
Ibu jangan biarkan hati anakmu hancur juga
[Chorus]
Dalam sepi sa menangis tanpa suara
Sa jalani semua walau jiwa terluka
Sa coba bertahan, tapi tra ada guna
Karena tra ada yang mau dengar suara sa
Hari-hari sa penuh duri dan derita
Luka yang dalam sa simpan sendiri
Bukan sa tra ikhlas, bukan sa tra rela
Tapi luka ini su terlalu dalam adanya
Luka ini su terlalu dalam adanya
[Verse 2]
Angin pantai berhembus, bawa semua rindu
Ombak datang bisikkan sedih waktu dulu
Sa duduk di senja, tunggu cahaya hilang
Biar hati tenang walau jiwa hampir hilang
[Bridge]
Tuhan, beri sa kekuatan
Di langkah yang patah, di rasa yang lelah
Tuhan, pegang erat tangan sa
Karena semangat ini hampir saja punah
[Chorus]
Dalam sepi sa menangis tanpa suara
Sa jalani semua walau jiwa terluka
Sa coba bertahan, tapi tra ada guna
Karena tra ada yang mau dengar suara sa
Hari-hari sa penuh duri dan derita
Luka yang dalam sa simpan sendiri
Bukan sa tra ikhlas, bukan sa tra rela
Tapi luka ini su terlalu dalam adanya
[Post-Chorus]
Biarlah ombak bawa semua rasa
Biarlah angin titipkan doa-doa
Kalau esok sa masih bisa bertahan
Itu karena Tuhan masih sayang
Deskripsi
Makna lagu “Luka Yang Sa Bawa” menggambarkan perjuangan batin seseorang yang hidup dalam tekanan emosional, merasa tidak didengar, dan memikul luka sendirian. Lagu ini sarat akan tema kesehatan mental, keluarga, dan kebergantungan pada Tuhan sebagai satu-satunya tempat bersandar.
Pada verse pertama, Bang Yan langsung menohok dengan pengakuan pahit: dianggap sebagai beban oleh orang-orang sekitar. Kata-kata tajam menjadi racun yang perlahan menghancurkan jiwa. Luka yang digambarkan bukan luka fisik, melainkan luka batin yang terus terbuka setiap kali ucapan menyakitkan terulang.
Bagian pre-chorus memperlihatkan kerinduan terdalam sang aku lirik. Ia tidak menuntut banyak, hanya ingin dimengerti. Seruan kepada ibu terasa sangat emosional—sebuah permohonan agar luka yang sudah parah tidak semakin dihancurkan oleh orang terdekat.
Di chorus, inti penderitaan dituangkan secara gamblang. Tangisan tanpa suara, hari-hari penuh duri, dan usaha bertahan yang terasa sia-sia karena tidak ada yang mau mendengar. Kalimat “bukan sa tra ikhlas, bukan sa tra rela” menegaskan bahwa ini bukan soal mengeluh, melainkan luka yang memang sudah terlalu dalam.
Verse kedua menggunakan metafora alam: angin pantai, ombak, dan senja. Alam menjadi saksi sekaligus tempat pelarian saat manusia tak lagi memberi ruang. Kesunyian senja menggambarkan kondisi jiwa yang hampir menyerah, namun masih mencari ketenangan.
Pada bridge, lagu ini beralih menjadi doa. Ketika manusia gagal memahami, Tuhan menjadi satu-satunya tempat menggenggam harapan. Permohonan agar tetap dikuatkan menunjukkan bahwa meski rapuh, sang aku lirik belum sepenuhnya menyerah.
Bagian penutup memberi secercah cahaya. Jika esok masih bisa bertahan, itu bukan karena kuatnya diri, melainkan karena kasih Tuhan yang belum pergi. Pesan ini menjadikan lagu “Luka Yang Sa Bawa” sebagai karya reflektif tentang luka, iman, dan harapan di tengah kelelahan hidup.
FAQs
Maknanya tentang luka batin yang dipendam, rasa tidak didengar, serta perjuangan mental yang hanya bisa diserahkan kepada Tuhan.
Tentang seseorang yang merasa dianggap beban, terluka oleh kata-kata, dan bertahan sendirian dalam sepi.
Ibu menjadi sosok sentral.
Pentingnya empati, mendengarkan luka orang lain, serta keyakinan bahwa Tuhan selalu hadir saat manusia abai.
Lagu ini dirilis pada 12 September 2025 dengan genre slow rap.
