Warkah Wasita V Akhir

Lagu “Warkah Wasita V Akhir” oleh Ayie Rahman menggambarkan perjuangan batin seseorang yang tengah berada dalam konflik emosional dan moral. Dengan nada introspektif, lirik lagu ini membawa pendengar melalui perjalanan yang penuh dengan pertimbangan tentang kesalahan, penyesalan, dan harapan untuk mendapatkan pemulihan.

Lirik Lagu Warkah Wasita V Akhir

[Intro]
Hingga hari ini, tidak pernah tenang hati
Tangis dalam sepi, hina dalam suci

[Chorus]
Aku bekalkan diri, emosi yang terapi
Pujuk rayu, khilaf serah, biarkan lah

[Verse 1]
Sesaat ku di ambang rebah mengalah
Tatapan yang dikunci, laluan jalan tak cerah
Minda yang berdolak dalik, landasan yang musykil
Luahan yang berbukti, sufi, suci dan ufti
Kehidupan ku sunyi, rintih, sedih dan letih
Ku berlatih meniti dalam tangis dan tersisih
Tergapai di samudera, biarlah anggapan ku bersalah
Tidak lagi ku bertahan, ku harap kau menadah

[Chorus]
Aku bekalkan diri, emosi yang terapi
Pujuk rayu, khilaf serah, biarkan lah

[Verse 2]
Memang aku yang bersalah, nasib tak pernah baik
Jalan cerita tak menarik, hidup tunggang terbalik
Ku di didik kejahatan, ku serik kesengsaraan
Pelajaran ku gagal, gugur hidup yang terlerai
Pinta, tolong sampaikan aku hidayah
Ku khilaf terjebak, adiksi serta jenayah
Minda hingga ke Qalbu, gelap terpadam sumbu
Runtuh rintihan sendu, terikat ikatan nafsu
Tiada yang mujur kecuali aku yang akur
Ungkapan kemungkinan riwayat hidup aku tersungkur
Sungguh, tidak pernah sekali berdoa ini
Malahan tidak sekali berdoa itu
Yakini ku bina tugu, tunggu tumpu tiada tuju
Sakit hati celaru, berlimpah dosa yang akan setuju
Namun ulasan ulangan, utusan luahan yang benar sahih
Ku gelap kan hati ini, saat hujan kan menitis

[Chorus]
Aku bekalkan diri, emosi yang terapi
Pujuk rayu, khilaf serah, biarkan lah

Deskripsi

Dalam bagian intro, suasana hati yang gelisah tergambar dengan jelas melalui pengulangan frasa “Hingga hari ini, tidak pernah tenang hati, tangis dalam sepi, hina dalam suci”, mencerminkan kebingungan dan kegundahan yang dirasakan oleh pelaku.

Pada bagian chorus, pelaku mencoba untuk mempersiapkan diri dengan “emosi yang terapi” sebagai cara untuk meredakan beban dan kebingungan yang dirasakan. Namun, dalam konteks yang lebih luas, terlihat bahwa usaha untuk memperbaiki diri masih belum sepenuhnya berhasil.

Dalam verse-verse berikutnya, pelaku menggambarkan perasaan kebingungan, keputusasaan, dan penyesalan yang dalam. Mereka merasa terjebak dalam siklus kesalahan dan kelemahan yang sulit untuk dihindari. Ada pengakuan atas kesalahan dan kegagalan yang menyertainya, serta keinginan yang mendalam untuk mendapatkan hidayah dan pemulihan.

Keseluruhan, lagu ini mengeksplorasi tema-tema universal tentang kesalahan, penyesalan, dan harapan akan pemulihan. Dengan gaya introspektif yang kuat, Ayie Rahman berhasil menyampaikan pesan yang menggugah perasaan dan merenungkan arti kehidupan serta perjuangan batin manusia.