Lagu “Apa Tempo” dari Bongsostory menghadirkan nuansa rindu dan kehangatan khas anak perantau yang jauh dari rumah. Dengan lirik yang penuh makna dan menggunakan dialek timur Indonesia, lagu ini menggugah emosi pendengar lewat kisah sederhana namun menyentuh. Dirilis pada 16 Maret 2025, lagu ini menjadi salah satu karya yang memperlihatkan kepekaan Bongsostory dalam menulis lirik tentang keluarga, kampung halaman, dan perjuangan hidup di tanah rantau.
Lirik Lagu Apa Tempo
[Verse]
Rindu dia datang di ujung malam
Terbang deng angin pono kenangan
Dengar dorang panggel beta pulang
Hati manangis seng bisa tahan
Beta inga mama pung pesan
Hidup di rantau inga sombayang
Bapa bilang musti kuat batahang
Hidup sandiri belajar biar senang
[Bridge]
Mau bikin bagaimana kalau su jauh di sana
Duduk tatawa jua air mata tumpah
Seng bisa parlente hati ada susah
Rindu deng samua yang ada di sana
[Chorus]
Tasimpang samua rindu deng carita
Habis air mata dengar mama pung suara
Sasendok nasi seng sama kampong sandiri
Susah deng sanang rasa akang sandiri
[Instrumental Break]
[Bridge]
Mau bikin bagaimana kalau su jauh di sana
Duduk tatawa jua air mata tumpah
Seng bisa parlente hati ada susah
Rindu deng samua yang ada di sana
[Chorus]
Tasimpang samua rindu deng carita
Habis air mata dengar mama pung suara
Sasendok nasi seng sama kampong sandiri
Susah deng sanang rasa akang sandiri
Deskripsi
Lagu “Apa Tempo” menceritakan kerinduan seseorang yang hidup jauh dari kampung halaman. Liriknya menggambarkan perasaan rindu terhadap keluarga—terutama sosok ibu dan ayah—yang disampaikan dengan bahasa daerah penuh kehangatan seperti “beta”, “pung”, dan “seng”.
Di bagian verse, Bongsostory menyampaikan perasaan rindu yang datang di malam hari, disertai ingatan akan pesan orang tua untuk tetap kuat dan berdoa di tanah rantau. Bridge menggambarkan dilema emosional antara tawa dan air mata, memperlihatkan sisi manusiawi seorang perantau yang berusaha tegar meski hati terasa berat.
Pada chorus, lagu ini mencapai puncak emosinya. Kalimat seperti “Habis air mata dengar mama pung suara” menjadi simbol kuat dari cinta seorang anak kepada ibunya. Sementara bait “Sasendok nasi seng sama kampong sandiri” menggambarkan betapa kenangan rumah tak tergantikan, meskipun kehidupan terus berjalan di tempat jauh.
Melalui lirik yang sederhana dan melodi yang lembut, lagu ini tidak hanya menyentuh hati para perantau, tetapi juga siapa pun yang pernah merasakan rindu pada rumah dan keluarga.
FAQs
Lagu ini ditulis oleh Bayu Smilir Sia, yang juga merupakan sosok di balik banyak lagu bernuansa emosional milik Bongsostory.
Lagu ini resmi dirilis pada 16 Maret 2025.
Maknanya adalah tentang kerinduan seorang perantau terhadap keluarga dan kampung halaman, serta perjuangan untuk tetap kuat di tanah asing.
Lagu ini menggunakan dialek Indonesia Timur, menambah kesan otentik dan emosional pada setiap baitnya.
Karena liriknya menggambarkan pengalaman nyata banyak orang yang hidup jauh dari keluarga, dengan cara yang jujur dan penuh perasaan.