Mumpung

Lagu “Mumpung” oleh 8 Ball, yang berkolaborasi dengan Lipooz, adalah sebuah kritik tajam terhadap industri musik modern. Lagu ini mengeksplorasi bagaimana ketenaran instan dan keuntungan finansial sering kali lebih diutamakan dibandingkan dengan kualitas musik itu sendiri. Melalui lirik-liriknya yang pedas, 8 Ball dan Lipooz menyoroti fenomena artis dadakan yang meraih popularitas tanpa usaha dan bakat yang memadai.

Lirik Lagu Mumpung

[Chorus: Lipooz]
Hanya jualan tampang dengan suara pas-pasan
Kualitas belakangan ketenaran diutamakan
Jadi penyanyi instan tiap ada kesempatan
Obsesi tak tertahan hanya merusak pendengaran

[Verse 1: 8 Ball]
Bagaimana musik Indo bisa maju
Kalau yang naik terus itu melulu
Yang pakai uang tanpa berjuang
Ketenaran dijual skill pun dibuang
Ada yang sekedar menjual nama
Sama sekali lagunya miskin tema
Lama-lama jadi musiman
Artis sinetron bikin lagu dadakan
Nyanyi pas-pasan jual tampang
Naik gampang, pita suara timpang
Sebentar numpang hilang seenaknya
Industri musik licik mengaturnya
Musisi beneran susah naik
Dikalahin artis aji mumpung munafik
Bagaimana kalau gini terus-terusan
Pikir untung, kualitas belakangan

[Verse 2: Lipooz]
Kualitas tak lagi jadi suatu keharusan
Manakala ketenaran dimanfaatkan hanya sebagai batu loncatan
Bintang film, artis sinetron, artis center, bintang bencong
Semuanya berlomba-lomba menjadi musisi industri biar isi kantongnya tak kosong
Otak kosong, ciptakan pendengar dengan musikalitas gosong
Omong kosong, nada-nada fals tercipta dari belepotannya moncong
Hey kok artis mumpungnya malah dipuja-puja
Bukti kalau para pendengarnya sama bodohnya juga (ber-IQ kuda) pergilah ke neraka

[Chorus: Lipooz]
Hanya jualan tampang dengan suara pas-pasan
Kualitas belakangan ketenaran diutamakan
Jadi penyanyi instan tiap ada kesempatan
Obsesi tak tertahan hanya merusak pendengaran

[Verse 3: 8 Ball]
Seperti —— nyanyi Sunny
Itu —— mengaku penyanyi
Semacam konspirasi model sampul
Tampak seperti idiot lagi ngumpul
Terus nyanyi alasan bakat terpendam
Terlihat rakus materi tak teredam
Artis muka elok tapi maruk
Jatah musisi masih tega dikeruk

[Skit: 8 Ball]
Kalian pikir suara kalian itu bagus, aksi panggung bagus
Huh semuanya serba dimanipulasi
Suara diakalin jadi merdu, padahal aslinya fals hancur
Jadi artis aji mumpung jangan bangga

[Verse 4: Lipooz]
Demi publikasi artis mumpung rela membayar televisi
Dari mengatur posisi chart lagu sampai nyanyi di ajang bergengsi
Tapi waktu nyanyi langsung si artis tak berani pakai suara asli
Jual tampang pura-pura berekspresi, suara asli diganti dengan lipsync

[Chorus: Lipooz]
Hanya jualan tampang dengan suara pas-pasan
Kualitas belakangan ketenaran diutamakan
Jadi penyanyi instan tiap ada kesempatan
Obsesi tak tertahan hanya merusak pendengaran

[Verse 5: Lipooz]
Industri dan artisnya sama-sama hanya manfaatkan nama
Demo track musisi sebenarnya hanya berakhir di tempat sampah
Karena label rekaman lebih tertarik dengan keuntungan yang diterimanya
Tak jauh beda dengan hukum Indonesia, semua jadi lancar saat uang berbicara

[Back to Chorus]

Deskripsi

Chorus yang dinyanyikan oleh Lipooz membuka lagu dengan menegaskan kritik utama: banyak penyanyi yang hanya mengandalkan penampilan fisik dan popularitas sementara kualitas musik mereka diabaikan. Mereka adalah penyanyi instan yang muncul di mana ada kesempatan, sering kali merusak telinga para pendengar dengan suara pas-pasan.

Verse pertama oleh 8 Ball menggambarkan bagaimana musik di Indonesia sulit maju karena didominasi oleh artis yang hanya mengandalkan uang dan ketenaran tanpa usaha. Ia menyindir artis dadakan yang hanya menjual nama tanpa kualitas musik yang baik. Fenomena artis sinetron yang tiba-tiba menjadi penyanyi adalah salah satu contoh yang disorot dalam lirik ini.

Verse kedua oleh Lipooz melanjutkan kritik tersebut dengan menyatakan bahwa kualitas bukan lagi menjadi prioritas di industri musik. Banyak artis dari berbagai latar belakang berlomba-lomba menjadi musisi demi keuntungan finansial, menghasilkan musik dengan kualitas rendah. Lipooz juga menyatakan kekecewaannya terhadap pendengar yang mengidolakan artis-artis semacam itu.

Verse ketiga oleh 8 Ball kembali menyerang artis dadakan yang mengklaim memiliki bakat terpendam tetapi hanya mengejar keuntungan materi. Ia menyoroti bagaimana para artis ini mengambil kesempatan dari industri musik dan merugikan musisi sejati.

Skit oleh 8 Ball menyampaikan kekecewaan terhadap manipulasi yang terjadi di industri musik, di mana suara asli yang buruk diubah menjadi merdu melalui teknologi, dan artis dadakan ini bangga dengan prestasi yang tidak seharusnya mereka miliki.

Verse keempat oleh Lipooz menjelaskan bagaimana artis dadakan rela membayar demi mendapatkan publikasi dan posisi di tangga lagu, meskipun suara asli mereka tidak layak untuk didengar. Lip syncing menjadi cara mereka untuk tampil baik di depan umum.

Verse kelima oleh Lipooz menutup lagu dengan kritik terhadap industri dan label rekaman yang lebih mementingkan keuntungan finansial daripada kualitas musik. Ia menggambarkan bagaimana demo track dari musisi berbakat sering kali diabaikan karena label lebih tertarik pada artis yang bisa mendatangkan keuntungan cepat.

Secara keseluruhan, “Mumpung” adalah sebuah lagu protes yang kuat terhadap praktik-praktik tidak adil di industri musik. 8 Ball dan Lipooz mengajak pendengar untuk lebih kritis terhadap artis yang muncul tiba-tiba dan mengejar ketenaran tanpa kualitas musik yang sebenarnya. Lagu ini adalah panggilan untuk menghargai musisi sejati yang berjuang dengan bakat dan usaha keras mereka.