“Kopi Darurat” adalah kolaborasi eksplosif dari JuTa, Rand Slam, HDR, dan Senartogok yang memadukan lirik puitis dengan kritik sosial yang tajam. Lagu ini adalah representasi dari hip hop yang sarat makna, menggambarkan perjalanan hidup, perjuangan, dan refleksi tentang realitas sosial. Setiap rapper menghadirkan perspektif unik, menciptakan harmoni dalam keragaman narasi.
Lirik Lagu Kopi Darurat
[Verse 1: Rand Slam]
Jawablah tanyaku saat, aku berharap
Saat aku menatap, kala ragu menghadap
Kalah lalu meratap, hanya lagu yang dapat
Bawa aku melayang, takkan aku melangkah
Lebih jauh jika selalu tingkah lebih tahu
Dari mereka yang menahun terus bertarung lawan arus
Dan aku tertahan malu isolasi di rotasi
Beat terhimpit ruang kosong bertemankan anotasi
Yang kuberikan pada larik yang berbaris ku mencari
Ingin terus ku menggali hingga bisa memenggal
Lisan dan kepala hanya berujar cibiran
Acak otak yang terotak kan berubah pikiran
Hanya perlukan lirik dan sedikit goresan tinta
Yang akan sobek telinga lewat tiap oceh rima
Dan kalian boleh simak, tak suka angkat kaki
Penaku yang menang saat aku menangani
[Verse 2: HDR]
Aku terpancing modal baju terkancing
Pada suara nyaring dengan tema cerita worth living
Orang mengajakku terus keep dreaming
Saat semua yang ku bayar telah berbau asing
Semua telah kupacu, tanpa mengadu
Dalam mata sayu seperti pecahan kaca mirip sembilu
Kuasa selalu mainkanku bagai sebuah dadu
Drama beradu, jual cerita pilu
Televisi lebih laku sandingkan mimpi dalam ilusi
Hidup layak yang harus ku jalani
Dengan sendiri dalih mandiri
Ku abaikan panas matahari, hujan badaiku hadapi
Pada malam ini ku dongengkan misi
Berdikari lewat tangan sendiri, melalui ribuan langkah kaki
Kami telah berkumpul dan bangun mengejar mimpi
[Verse 3: JuTa]
Sambil minum kopi dua ribu
Gue nikmati hidup lika liku
Laki-laki yang berlarik nyaring
Baju lecek tapi gue berapi-rapi
Di garis mati gue menari-nari
Penuh cinta tapi gak berhati-hati
Gali-gali setiap liga-liga
Bikin panas kaya balsem, geli ga?
Ketika rima gue kelitik telinga
Sehingga berikan kritik ringan
Simpan yang berat untuk yang keberatan
Karena orang makin sensi kayak senayan
Gue berani berbeda, mereka gak macam-macam
Suka belajar tapi benci seragam
Gue gak tajam, gue mencolok
Saat inspirasi datang gue petik Senartogok
[Verse 4: Senartogok]
Lancang alis kondektur persis baliho Habib Rizieq
Aku fasik, tinggalkan pesan sms dari malik
Legit, asap kopaja lumuri Jakarta penatnya kota
Layak zakar-tapi asa menderu di dada
Rand Slam di sebelah berhujjah berkisah di antara
Hip hop Kaki Lima pedagang beat juga Kendrick Lamar
Aku Dalai Lama berkutbah meronta, ini Uprock 83
Menanti Henri ku setia pada bara spirit kuli tinta
Seperti era Amiri Baraka genggam Mic dan pena-
saranku pada Erik Probz bermula dari cakram padat Syujana
Untuk dunia tanpa cacat yang dibangun di atas mayat
Insthinc kulayat, berhajat Matter kuhasrat-i bak Junta
Militer berloreng asa dilarung ide segar JuTa
Pada nanar Galis tatap Doyz ibarat Noyz
Tak ada guna estetika tanpa etika
Lantas apa rap dan raja, bila MC tak memanusia
Terserah jika kau ingin bermahkota
Di depan batallion kera dan gorilla
P-Squad spontanitasku layak Basquiat
Lukisi padat semesta ini madat, bermandat
Aku pecandu tapi tak gila hormat
Aku hanya pada munajat sejenis Bhagavad-
Ghita mengalun pada suka kuhimpun
Sebelum tua aku jadi pikun
Kehendakku melamun dan penuh sebagai seorang Majenun
Deskripsi
Lirik “Kopi Darurat” adalah perwujudan dari suara perlawanan dan introspeksi yang mendalam. Pada verse pertama, Rand Slam membuka dengan refleksi pribadi tentang perjuangan melawan arus kehidupan. Ia menggambarkan konflik internal yang tertuang dalam lirik dan anotasi, menciptakan citra tentang bagaimana seni menjadi pelarian dari realitas yang menekan.
Verse kedua oleh HDR menggambarkan perjalanan berdikari di tengah tantangan sosial dan ekonomi. Dengan metafora seperti “pecahan kaca mirip sembilu,” HDR mengisahkan perjuangan individu melawan sistem yang tidak adil. Televisi dan ilusi kehidupan ideal menjadi kritik utama dalam baitnya.
JuTa mengambil alih di verse ketiga, menghadirkan nuansa yang lebih santai namun tetap penuh makna. Ia menggunakan gaya bahasa lugas untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari, menyoroti kontradiksi dalam masyarakat, dan menghadirkan rima yang tajam. Frasa seperti “simpan yang berat untuk yang keberatan” menonjolkan kecerdasannya dalam menyampaikan pesan.
Verse keempat yang dibawakan oleh Senartogok adalah klimaks dari lagu ini, penuh dengan referensi budaya, politik, dan sejarah. Ia menggabungkan kritik sosial dengan gaya puitis yang khas, seperti dalam frasa “layak zakar-tapi asa menderu di dada.” Referensinya terhadap tokoh-tokoh seperti Amiri Baraka dan Basquiat menunjukkan kedalaman wawasan dan pengaruh yang membentuk perspektifnya.
Lagu ini mengalir dengan energi yang dinamis, memadukan introspeksi dan kritik sosial dengan kekuatan musikalitas yang khas dari hip hop.