Graffiti merupakan bentuk seni jalanan yang sering dianggap kontroversial tetapi penuh ekspresi dan kreativitas. Pasalnya, tak jarang graffiti berada di tempat-tempat yang tak semestinya, seperti properti milik pribadi dan fasilitas publik. Namun, tahukah Anda bahwa sejarah graffiti ternyata telah terlukis jauh sebelum era modern? Berawal dari coretan-coretan sederhana di zaman kuno, kini graffiti pun telah menjadi bagian dari budaya populer dan seni urban yang mendunia.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang akar sejarahnya yang menakjubkan hingga perkembangan modern saat ini. Anda juga akan menemukan bagaimana graffiti bukan sekadar aksi vandalisme, melainkan juga sebuah sarana untuk menyuarakan pendapat dan kritik sosial.
Asal Mula Istilah Graffiti
Istilah graffiti berasal dari kata Italia graffiato yang berarti tergores. Dalam sejarah seni, istilah ini digunakan untuk karya seni yang dibuat dengan menggores desain pada suatu permukaan. Teknik goresan ini terutama digunakan oleh para pembuat tembikar yang melapisi produk mereka dengan glasir dan kemudian menggoreskan desain pada permukaannya.
Lebih jauh, istilah graffiti merujuk pada tulisan, gambar, dan sejenisnya yang ditemukan di dinding makam atau reruntuhan bangunan kuno, seperti di Katakomba Roma atau di Pompeii. Secara historis, goresan-goresan tersebut tidak dianggap sebagai vandalisme, melainkan dianggap sebagai bagian dari definisi graffiti saat ini.
Graffiti di Zaman Kuno
Jejak sejarah graffiti dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno melalui bukti-bukti arkeologis di Mesir, Yunani, dan Romawi. Mereka biasa menggunakan dinding sebagai media untuk merekam peristiwa penting atau menyampaikan pesan pribadi. Di Pompeii, kota yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius, ditemukan banyak coretan dan gambar di dinding yang mengungkapkan kehidupan sehari-hari masyarakat Romawi.
Pada abad pertengahan, graffiti juga ditemukan di kastil, gereja, dan bangunan-bangunan lainnya. Biasanya, graffiti ini berupa simbol, monogram, atau tanda tangan yang berfungsi sebagai identitas individu atau kelompok. Meskipun berbeda dari graffiti modern, coretan-coretan ini menunjukkan bahwa hasrat untuk mengekspresikan diri di ruang publik sudah ada sejak lama.
Graffiti di Era Modern
Era modern dalam sejarah graffiti dimulai pada akhir tahun 1960-an di Amerika Serikat, tepatnya di kota New York. Pada awalnya, graffiti menjadi populer di kalangan remaja yang ingin menandai keberadaan mereka di lingkungan kota yang keras dan penuh persaingan. Tokoh-tokoh seperti TAKI 183 dan Cornbread dianggap sebagai pelopor graffiti modern, dengan gaya tulisan tangan yang dikenal sebagai tagging.
Tagging pun dianggap sebagai bentuk awal dari graffiti kontemporer bergaya yang kemudian berkembang menjadi bentuk seni yang lebih kompleks dengan penggunaan warna, bentuk, dan gaya yang beragam. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, graffiti mulai dinilai sebagai bentuk seni jalanan yang legal dan mendapat perhatian dari seniman serta kurator seni. Gaya dan teknik graffiti juga berkembang pesat, menciptakan berbagai aliran dan gaya baru yang memikat banyak penikmat seni.
Pengaruh Hip-Hop terhadap Graffiti
Graffiti, bersama dengan breakdancing, DJ, dan rap, merupakan salah satu dari empat elemen budaya hip-hop yang berkembang pesat di Amerika pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Keterkaitan ini memberikan graffiti landasan budaya yang kuat dan memperluas jangkauan serta pengaruhnya ke seluruh dunia.
Seni visual ini kerap berfungsi sebagai media yang melengkapi pesan-pesan lirik rap dan gerakan tari breakdancing. Para seniman graffiti sering bekerja sama dengan musisi hip-hop untuk menciptakan karya seni yang menggambarkan cerita dan realitas kehidupan di kota besar. Dengan pengaruh hip-hop, graffiti berkembang menjadi bentuk ekspresi yang lebih kaya dan lebih terstruktur.
Gaya graffiti kontemporer juga sangat dipengaruhi oleh budaya hip-hop dan berbagai gaya dari graffiti yang ada di New York dan Philadelphia. Meski demikian, ada banyak gaya graffiti terkenal lainnya di abad ke-20. Salah satu graffiti awal di luar New York atau Philadelphia yaitu tulisan yang berbunyi “Clapton is God” yang merujuk pada gitaris Eric Clapton di London. Frasa ini dibuat menggunakan cat semprot oleh seorang penggemar di sebuah dinding di Islington, London Utara pada musim gugur 1967.
Komersialisasi dan Masuknya Graffiti ke Dalam Budaya Pop Arus Utama
Dengan popularitas graffiti, muncullah komersialisasi. Pada tahun 2001, IBM meluncurkan kampanye iklannya di Chicago dan San Francisco yang melibatkan pembuatan graffiti berupa simbol perdamaian, hati, dan penguin di trotoar, untuk mewakili pesan “Peace, Love, and Linux”. Perusahaan ini menggelontorkan dana kepada pemerintah kota Chicago dan San Francisco sebesar US$120.000 untuk membayar denda dan biaya pembersihan.
Pada tahun 2005, kampanye iklan serupa diluncurkan oleh Sony. Kampanye tersebut dilaksanakan oleh agensi iklannya di New York, Philadelphia, Chicago, Los Angeles, Atlanta, dan Miami untuk memasarkan sistem permainan genggam PSP. Dalam kampanye ini, mempertimbangkan masalah hukum dalam kampanye IBM, Sony membayar pemilik bangunan untuk hak melukis di bangunan mereka. Lukisan yang dibuat itu membawakan tema koleksi anak-anak kota yang bersemangat bermain dengan PSP seolah-olah itu skateboard, dayung, atau kuda goyang.
Penutup
Meski telah diakui sebagai bentuk seni, graffiti masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah stigma negatif yang masih melekat, dimana banyak orang menganggap graffiti sebagai vandalisme. Selain itu, ada juga tantangan hukum yang dihadapi para seniman graffiti karena kegiatan ini sering kali dilakukan di tempat-tempat yang tidak semestinya.
Namun, masa depan graffiti tetap cerah dengan banyaknya dukungan dari komunitas seni dan pengakuan dari berbagai institusi. Banyak kota yang mulai melihat potensi graffiti sebagai alat untuk revitalisasi perkotaan dan meningkatkan daya tarik wisatawan. Dengan dukungan yang tepat, sejarah graffiti akan terus berkembang dan menemukan tempatnya sebagai seni yang dihargai dan diterima secara luas.