Dalam lagu “Jiwa Api” karya Ayien Rahman, penulis mengeksplorasi perjalanan spiritual dan intelektualnya dengan penggunaan metafora yang kuat. Lagu ini mencerminkan kesadaran spiritual yang dalam dan pencarian kebenaran yang mendalam. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan lirik yang berbobot, Ayien Rahman menyampaikan pesan tentang kekuatan iman, pengetahuan, dan keyakinan.
Lirik Lagu Jiwa Api
[Chorus]
Jiwa gelora api, qalam bagai tsunami
Ku yang tuah luah bicara yang disusun rapi
Diwaris dari thiqah, ujar ni jadi saksi
Allah Azza Wa Jalla tahu secara hakiki
[Verse 1]
Oh lord, nah, ku berserah, God
Ku stuck dalam hidup darurat dan ku tulis note
Tinta senjata sword, solo tanpa squad
Pernah dihumban ke neraka after ku naik court
Dusta talam silih berganti, dipupuk rakus alam Ya Rabbi
Sejarah catit empayar Islam, Mongol telah jarah takluki
Sewajar taubat seperti Washi, perbaiki akhlak dengan rumpunnya
Fenomena serupa sempurna, berubah digubah semula, semua formula berdusta
Itu yang ditakjub arus lurus amanah makhluk
But dimamah cebisan taksub
Ku tak tinggal qalam Syafi’e, Ibnu Hibban, Imamu Zuhri
Imam Bukhari serta lembaran, Rowahu Muslim ahli muhaddith
[Chorus]
Jiwa gelora api, qalam bagai tsunami
Ku yang tuah luah bicara yang disusun rapi
Diwaris dari thiqah, ujar ni jadi saksi
Allah Azza Wa Jalla tahu secara hakiki
[Verse 2]
Rembat di sharp (tap, tap, tap, tap), di blok ku diblock lock si batak
Jadi minta lindung wahai Rabb, pertolongan tiba itu haqq
Justeru jahil, balik tabir tak adil
Ku hadir, berdalil, bila berakil baliqh
Diusik runsing berbelah bagi hati mata hati mati
Masih lagi senyum gembira, berpura-pura sekadar
Hilangkan resah gelisah, gundah gulana itu benar
Itu jawapan hamba, hamba seloka jiwa
Belajar dari Amru Jamuh, Rahimullah Abdullah Haram, sampaikan salamnya di jannah
Para sahabat Rasulillah yang syuhada di medan mu’tah
Semoganya dikekal abadi, doakan ku bersama mereka (amin)
[Chorus]
Jiwa gelora api, qalam bagai tsunami
Ku yang tuah luah bicara yang disusun rapi
Diwaris dari thiqah, ujar ni jadi saksi
Allah Azza Wa Jalla tahu secara hakiki
[Verse 3]
Catatanku di Luh Mahfuz, yang nak hukum pergi mampus
Tunggu ku sampai ke puncak, Abdan Syakura ku seharus
Qalban Syakura itu telus, Radiallahuan tu khusus
Jiwaku di Quraisy, nasab Luay
Jalur Qusai, nak ku hurai?
Bentang bani baris salasilah sudah ku berhujah
Cuma kali ini ku fikir tentang kehidupan selepasnya ku mati
Semadi ku dalam iman, abadikan keimanan tinggi
Kepada Rasul dan Tuhan, dan juga nilai titik peluh ku bantu
Membantu agamanya ini semoga kan diperkirakan (Allahu Akbar)
Harap lontar seperti Umar
Lancar tombak kepada onar, berjaga dengan si adu domba
Setiap saat ku bertawaquf, tidak berlumba karena dek noktah
Harap cuci jijik sebongkah, agar jiwa terus berkobar
[Chorus]
Jiwa gelora api, qalam bagai tsunami
Ku yang tuah luah bicara yang disusun rapi
Diwaris dari thiqah, ujar ni jadi saksi
Allah Azza Wa Jalla tahu secara hakiki
[Outro]
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak akan berlaku kiamat ke atas seseorang yang mengucapkan Allah, Allah
Dalam riwayat lain: Lailaha illallah…
(Muslim, Al-Tirmizi, Ibn Hibban, Ahmad)
Deskripsi
Dalam bait pertama, Ayien Rahman memulai dengan pujian kepada Tuhan dan refleksi tentang pengalaman hidupnya yang penuh tantangan dan ujian. Ia menyebutkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan kejadian yang tak terduga, namun tetap berserah kepada Tuhan dalam setiap keadaan. Penggunaan metafora “tinta senjata sword” menyoroti kekuatan kata-kata dalam menghadapi berbagai situasi hidup.
Di bait kedua, Ayien Rahman melanjutkan dengan menggambarkan perjuangannya melawan ketidakadilan dan kejahilan. Ia mencari perlindungan dari Tuhan dalam menghadapi berbagai rintangan yang dihadapinya. Dengan merujuk pada tokoh-tokoh sejarah Islam yang dihormati, Ayien menunjukkan rasa hormatnya terhadap warisan spiritual yang diterimanya.
Bait ketiga menghadirkan refleksi lebih dalam tentang kehidupan setelah kematian dan harapan untuk mendapat keberkahan dari Tuhan. Ayien Rahman menyoroti pentingnya mempertahankan iman dan keimanan tinggi dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan cobaan. Dia menegaskan tekadnya untuk terus berjuang dan mengabdikan hidupnya untuk agama dan nilai-nilai yang diyakininya.
Dalam bagian akhir lagu, Ayien Rahman mengutip hadis Rasulullah SAW yang menegaskan pentingnya mengucapkan kalimat tauhid sebelum kematian. Hal ini menunjukkan kesadaran Ayien akan pentingnya kesucian iman dalam menyongsong akhirat.
Secara keseluruhan, “Jiwa Api” merupakan lagu yang penuh dengan refleksi spiritual dan kebijaksanaan, mengajak pendengarnya untuk merenungkan makna kehidupan dan memperkuat keyakinan mereka dalam menghadapi segala rintangan.