Badan Dan Nyawa

Lagu “Badan Dan Nyawa” dari Xkatira bukan sekadar karya musik — ia adalah sebuah risalah eksistensial dan politis yang membedah batas antara tubuh, jiwa, dan kekuasaan. Melalui narasi metafisik yang kompleks, Xkatira mengajak pendengar menelusuri dimensi di mana kata-kata lebih tajam dari senjata, dan kekuasaan bisa runtuh hanya oleh “tiupan habuk sejarah.” Ini bukan lagu biasa — ini peringatan tentang perang yang tak berdentum, namun menghancurkan dengan senyap.

Lirik Lagu Badan Dan Nyawa

[Verse 1]
Salam, bayangan dari celah kelambu sejarah
Aku si gema yang tiada bertubuh dan nyawa
Dipenjara di balik tiupan habuk bukan debu biasa
Aku bukan pak belalang, tapi bisik kepada kuasa
Tuan tak nampak aku, tapi aku meniup singgahsana
Yang takhta terjungkal bukan sebab panah, tapi kata
Pemerintahan tak gentar perang, tapi takut suara
Dan aku suara itu bertopeng khadam raja
Aku bukan boneka cerita lawak purba
Tapi semangat pembangkang dalam gurindam tua
Aku badan, aku nyawa, aku suara tertua
Yang disimpan dalam gua hikmah, dikoperahsia negara

[Chorus]
Yang kau kejar belum tentu milik
Yang kau miliki belum tentu kekal
Yang kau anggap hidup mungkin jasad
Yang kau panggil mati mungkin akal
Langit pun tunduk jika faham isyarat
Bumi pun bergegar bila dusta dibasuh ayat
Ini bukan mimpi, ini bukan nyata
Ini cuma dunia berkala, berskala, binasa

[Verse 2]
Angin bertiup bukan tanpa hikmah
Tapi siapa tahu zarah itu wasilah
Di lorong kuantum, habuk jadi fatwa
Memutuskan nasib raja dalam sehembus cuma
Mata tak nampak tapi gelombangnya nyata
Seperti kuasa yang bertakhta di dada maya
Ini bukan sihir, tapi mekanik halus
Foton mengarah tak perlu beratus
Badan tak berbunyi, tapi bisiknya dunia
Nyawa setia menanti isyarat dari angkasa
Mungkin kau fikir ini dongeng belaka
Tapi neutron pun punya agenda rahsia
Di bawah istana, bukan emas yang digali
Tapi kepalsuan yang ditanam bersilih
Dan “baginda” hanya patung tanpa helah
Bila habuk itu meniup makna sejarah

[Chorus]
Yang kau kejar belum tentu milik
Yang kau miliki belum tentu kekal
Yang kau anggap hidup mungkin jasad
Yang kau panggil mati mungkin akal
Langit pun tunduk jika faham isyarat
Bumi pun bergegar bila dusta dibasuh ayat
Ini bukan mimpi, ini bukan nyata
Ini cuma dunia berkala, berskala, binasa

[Verse 3]
Segala yang terhidu belum tentu berbau
Nafas dari mimbar, siapa tahu menghasut syahdu
Habuk yang meniup tak pernah menampakkan bayang
Tapi boleh tumbangkan raja hanya dengan sebarang
Klorofil tak berdosa tetap dihisap ozon
Realiti keras manuskrip tercalar karbon
Di antara badan dan nyawa, mana sebenar tuan?
Bila diam itu pertanda kuasa sebenar bukan ucapan
Fungsi takluk melalui saraf hipotalamus
Dendam diwaris dari era ke era virus
Hikayat lama diludah zaman, dibaca tanpa lidah
Rakyat bising bukan kerana lapar tapi dipijak maruah
Badan tunduk, nyawa menderhaka
Bila habuk meniup kerajaan pun retak duka

[Bridge]
Hai laa… hai laa badan…
Matilah kau badan esok…
Pagi akan bercerailah badan dan nyawa
Hai laa… nyawa…
Esok pagi sultan akan menjatuhkan hukuman pancung

Empat penjuru mencari jalan
Satu tersimpan dalam kalbu luka
Kalau hidup sekadar pinjaman
Di mana resit untuk pulangkan nyawa?

[Chorus]
Yang kau kejar belum tentu milik
Yang kau miliki belum tentu kekal
Yang kau anggap hidup mungkin jasad
Yang kau panggil mati mungkin akal
Langit pun tunduk jika faham isyarat
Bumi pun bergegar bila dusta dibasuh ayat
Ini bukan mimpi, ini bukan nyata
Ini cuma dunia berkala, berskala, binasa

Deskripsi

“Badan Dan Nyawa” berlapis makna — di permukaannya, lagu ini menggambarkan pertarungan antara jiwa yang merdeka dan tubuh yang ditundukkan oleh kuasa. Namun di kedalaman metaforanya, Xkatira menulis tentang politik kebenaran, sejarah yang dimanipulasi, dan kesadaran manusia yang terperangkap sistem.

Dalam verse pertama, Xkatira memperkenalkan sosok “suara tanpa tubuh,” entitas yang tak terlihat namun mengguncang takhta. Ia menjadi lambang bagi rakyat kecil, suara nurani, atau bahkan jiwa kebenaran yang dibungkam oleh kekuasaan. Baris “Yang takhta terjungkal bukan sebab panah, tapi kata” menegaskan kekuatan wacana dan gagasan — bahwa ide bisa menjatuhkan kerajaan lebih cepat dari perang.

Bait-bait berikutnya menyelami metafisika kuantum dan spiritualitas politik, menggabungkan konsep sains, jiwa, dan takdir. Xkatira mengaburkan batas antara realitas dan ilusi — mengingatkan bahwa dunia ini “berkala, berskala, binasa.” Kita diajak bertanya: apakah kita masih manusia merdeka, atau hanya tubuh tanpa nyawa yang dikendalikan sistem?

Bridge lagu ini mengandung nada tragedi — seolah menyimbolkan pemisahan antara tubuh dan kesadaran, saat kebenaran harus mati demi kekuasaan. Kalimat terakhir, “Di mana resit untuk pulangkan nyawa?”, menjadi satir eksistensial yang menggugat makna hidup, kematian, dan tanggung jawab di dunia fana.

Secara keseluruhan, “Badan Dan Nyawa” adalah refleksi tajam tentang keruntuhan moral dan spiritual dalam peradaban, di mana manusia sering kehilangan jiwanya dalam mengejar kekuasaan dan ilusi keabadian.

FAQs

Apa makna utama dari lagu “Badan Dan Nyawa”?

Lagu ini mengisahkan tentang konflik antara tubuh dan jiwa, serta simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas melalui keheningan dan manipulasi.

Mengapa Xkatira menggunakan metafora ilmiah dan spiritual sekaligus?

Karena ia ingin menyatukan logika modern dan kebijaksanaan purba, menciptakan lapisan makna yang menggambarkan kompleksitas realitas manusia.

Apa maksud kalimat “Yang takhta terjungkal bukan sebab panah, tapi kata”?

Kalimat itu menggambarkan bahwa kebenaran dan ide bisa lebih mematikan daripada perang fisik — senjata utama manusia adalah kesadaran dan suara.

Apakah lagu ini bernuansa politik atau mistik?

Keduanya. Xkatira memadukan kritik sosial dan refleksi spiritual, menghadirkan pesan tentang bahaya kuasa yang kehilangan moralitas.

Apa pesan moral dari lagu “Badan Dan Nyawa”?

Bahwa manusia sejati bukan hanya tubuh yang hidup, tapi jiwa yang berani menolak penipuan, meski harus kehilangan segalanya.

You cannot copy content of this page