Belakang Kopi

“Belakang Kopi” adalah karya kedua dari Xkatira yang menyuguhkan kritik sosial tajam terhadap budaya kemunafikan dan tikam dari belakang. Lewat gaya tutur khasnya yang berima, puitis, dan berakar pada falsafah Melayu, Xkatira menyoroti fenomena manusia modern yang manis di depan namun getir di belakang. Lagu ini seperti secangkir kopi pekat — hangat di awal, tapi meninggalkan rasa pahit yang mengendap dalam hati.

Lirik Lagu Belakang Kopi

[Verse 1]
Nong eh nong, duduk dulu jangan lari
Cerita belum habis, kopi belum basi
Ada suara halus main bisik di tepi
Depan senyum manis, belakang pasang api
Konon mulut manja, tapi lidah bercabang
Satu meja ngopi, besok tikam belakang
Macam tikus berkain sutera
Halus gerak, tapi kotor agenda
Katanya sahabat, tapi tengok cara
Bila kita jatuh, dia dulu ketawa
Dalam grup diam, luar grup bercerita
Gambar kita jadi modal, ditambah cerita
Aku bukan malaikat, salah pun ada
Tapi tak main racun dalam cawan saudara
Kalau tak suka, bilang terus terang
Biar panas sekejap, tak jadi barah panjang
Di kampung ada pepatah lama
“Kalau mulutmu tajam, lidahmu bisa”
Tapi zaman sekarang lebih suka drama
Sandiwara belakang jadi budaya utama

[Chorus]
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Cakap belakang, kopi miring
Muka senyum, hati kering
Kata manis, bisa paling
Tapi Tuhan tak pernah gering

[Verse 2]
Gendang tak tabuh kalau tak bergema
Cerita tak jalan kalau tak ada drama
Ada yang jadi dalang di balik tabir
Tangan bersih, tapi bau masih hadir
Burung merpati pun boleh jadi helang
Bila paruhnya tajam, matanya terang
Duduk bersila konon penuh hikmah
Tapi sorok sembilu di dalam madah
Aku faham bahasa daun yang gugur
Tak semua yang jatuh itu lebur
Kadang pokok pun perlu rehat
Sebelum tumbuh daun yang lebih kuat
Kalau kau lihat aku diam membatu
Bukan bisu, cuma tak mahu bertamu
Tak semua perang perlu bertempur
Ada yang menang dengan sabar yang hancur
Jadi, teruslah menulis di dinding gelap
Aku tetap melukis walau tak dilap
Kerana esok belum tentu milikmu
Tapi aku tahu, pagi akan tahu siapa yang palsu

[Chorus]
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Cakap belakang, kopi miring
Muka senyum, hati kering
Kata manis, bisa paling
Tapi Tuhan tak pernah gering

[Verse 3]
Tak semua musuh datang bawa pedang
Ada yang senyum, tapi niatnya bengang
Lidah mereka manis macam sirap
Tapi racun disimpan dalam huruf yang rap
Aku dengar tiap langkah bayang
Walau diam, getarnya masih datang
Tak perlu cermin untuk tahu siapa
Kadang suara pun bisa membuka rahsia
Mereka sibuk berkisah tentang jatuh
Tapi lupa, tanah pun tahu erti bertaruh
Benih tak tumbuh dalam mulut orang
Tapi di dada yang sabar, diam, dan tenang
Aku tak balas dengan suara sumbang
Biarlah masa jadi saksi terang
Sebab karma tak pernah buta
Dia menulis di balik tabir cerita
Hari ini aku diam dalam kopi pekat
Esok mungkin puisiku jadi hikmat
Biar mereka lupa siapa aku
Tapi Tuhan tak pernah lupakan satu-satu

[Chorus]
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Bedo neng lambe bedo neng ati
Cakap belakang, kopi miring
Muka senyum, hati kering
Kata manis, bisa paling
Tapi Tuhan tak pernah gering

Deskripsi

Dalam “Belakang Kopi”, Xkatira melukiskan konflik sosial dan moral yang sering terjadi di lingkaran pertemanan dan kehidupan sehari-hari. Liriknya sarat sindiran terhadap orang-orang bermuka dua — yang berpura-pura baik di depan, namun menebar racun di belakang.

Baris seperti “Depan senyum manis, belakang pasang api” dan “Katanya sahabat, tapi tengok cara, bila kita jatuh, dia dulu ketawa” menggambarkan realitas pergaulan modern yang penuh kepalsuan. Xkatira mengajak pendengar untuk tidak larut dalam sandiwara sosial, melainkan belajar bersikap jujur, tegas, dan sabar dalam menghadapi pengkhianatan.

Melalui peribahasa, metafora kopi, dan bahasa ibarat, lagu ini menjelma menjadi refleksi kehidupan masyarakat masa kini — di mana gosip dan drama lebih digemari daripada kejujuran. Namun, di balik semua itu, Xkatira menutup lagunya dengan pesan spiritual: “Tuhan tak pernah gering”, mengingatkan bahwa keadilan dan kebenaran selalu punya waktunya sendiri.

FAQs

Apa makna utama lagu “Belakang Kopi” karya Xkatira?

Lagu ini mengisahkan tentang kemunafikan dan pengkhianatan di antara teman, serta bagaimana menjaga ketenangan di tengah kepalsuan.

Apa maksud kalimat “Bedo neng lambe, bedo neng ati”?

Frasa berbahasa Jawa ini berarti “beda di mulut, beda di hati”, menggambarkan orang yang berpura-pura baik namun menyimpan niat buruk.

Apa pesan moral yang ingin disampaikan lagu ini?

Xkatira menekankan pentingnya kejujuran dan ketulusan, serta mengingatkan bahwa siapa pun yang menipu akhirnya akan mendapat balasan.

Mengapa Xkatira menggunakan simbol kopi dalam lagu ini?

Kopi menjadi simbol kehidupan — pahit tapi nyata, dan menggambarkan percakapan hangat yang sering diselingi kepura-puraan.

Apa yang membuat lagu ini istimewa dalam diskografi Xkatira?

Selain liriknya yang tajam dan berisi sindiran sosial, lagu ini memperkuat identitas Xkatira sebagai penyair hip hop yang menggabungkan kebijaksanaan lokal dengan realitas modern.

You cannot copy content of this page