Proyeksi Bunuh Diri

Lagu “Proyeksi Bunuh Diri” adalah title track dari EP Proyeksi Bunuh Diri milik rapper Terapi Minor yang dirilis pada 1 Maret 2021. Sebagai pusat dari keseluruhan tema, lagu ini memuat refleksi paling tajam tentang kehidupan, kematian, dan kontradiksi eksistensial. Liriknya padat dengan referensi historis, filosofis, hingga kritik sosial, menjadikannya sebuah pernyataan artistik yang sarat makna sekaligus menjadi fondasi narasi EP ini.

Lirik Lagu Proyeksi Bunuh Diri

[Verse 1]
Aku mengantar rima dan bait-bait kematian
Diatas dentuman Kalashnikov dan Tommy dalam altar peperangan
Setiap sudut pukul tiga bersedih di sepertiga malam
Menjaga asa yang telah berjelaga, mengayun kalam yang kelam
Dan alam kian bersinergi
Menyanyikan semesta yang dirundung bertubi-tubi
Dalam sesak usai menenggak Xanax dan Ritalin berwujud Stalin
Tak perlu kanan kiri apalagi Lenin serupa kenaikkan dopamin
Literatur tak lagi mengisi bak karbohidrat dalam sewajan umbi
Apa yang akan terjadi usai kita semua mati?
Kuambil sebilah pisau ataupun Parang Salawaku
Menghunus tepat ke jantungku, menjemput ajal yang kian meradang anal
Kini dan nanti, hidup atau mati, kianlah tidak pasti
Tak ada ilmu pasti ketika para Prof menyuarakan algoritma apalagi metafisika
Dimana hantu-hantu Stirner atau Kropotkin bergentayangan menyesaki pikiran
Melumat habis sel-sel syaraf, menjemput kesakitan bernama bahagia
Lautan kini kian bertaut, setiap luka kurasakan hingga ke ujung lutut
Menuju maut kini aku siap berlutut
Bukan kepada apa dan siapa namun jiwaku sendiri
Tak perlu sumpah, doa, apalagi pengabdi pada makam-makam pahlawan infanteri
Masukkan ke dalam sampah yang tak dapat didaur ulang mengenai patriotik atau ideologi
Persetan perihal kekosongan dan kekacauan yang biasa kalian banggakan
Pergulatan dalam drama sinetron perselingkuhan adalah logika negara
Caramu tak ubahnya Maois yang mendoktrinasi para sipil dengan bambu struktural adalah merdeka
Lupakan mimpi utopis perihal kebebasan kala fasis bertopeng anarkis
Bergerak seragam ala Nazionalis
Lupakan hasrat perihal insureksi yang roman nan seksi
Diperhadapkan ribuan saksi yang memainkan Boombox tanpa lencana
Aku pengantar rima kematian yang mungkin menjemput ajalmu tanpa Karabin dan mesiu
Biarlah ini menjadi jalan yang sunyi tanpa sesiapapun tahu
Maka kutampilkan sebuah Proyeksi Bunuh Diri
Dimana aku berteriak “Apa arti bunuh diri?” jika kapanpun aku bisa mati
Apa arti bunuh diri jika kapanpun aku bisa mati?
Karena tak ada yang pernah benar-benar hidup
Tak ada pula yang pernah benar-benar mati
Segalanya hanya kerumitan yang coba didefinisi
Bak teori yang setiap saat kalian pelajari
Yang setiap hari dilakukan para petani tanpa sibuk dipikiri
Aku kembali menari di atas sebilah pisau
Tersesak risau merasa mati adalah sakau
Maka biarkan aku mati dalam anggara
Biarkan aku mati dalam sanggama
Biarkan aku mati tanpa pertanda
Menyingkirlah, kalian menghalangi cahaya matahariku
Akan kuhampiri Kynosargous walau tak menyalak dan menggonggong
Hanya sendiri, tak perlu sesiapa dan apa, dunia hanyalah ruang hampa
Angka dan makna tak pernah benar-benar ada
“Sosial dan anti-sosial selalu bersama” ucap Novatore
Apakah aku ini seorang Unman?
Persetan-lah ku tak peduli, aku bukan Tagore
Persetan semua, persetan segala, aku membenci dan mencintai diriku
Sekelumit kiasan yang terlalu rumit hanya menjelaskan tentang aku
Panoptikon dalam hidup adalah setiap detik
Tak kuat bertahan, ‘suicide’ adalah trik
Maka semoga matilah aku kedepan dalam beberapa detik

[Verse 2]
Menginfiltrasi bait-bait sunyi seperti Sacramento
Hanya tersisa puing yang kini kujadikan nirvana
Melepas segala berhala di kepala, meniadakan yang telah tiada
Apalah ideal seperti yang diucapkan Plato?
Di tengah api aku berdansa Tango
Di atas tangis ku tersenyum seperti Augustus Pablo
Tak bodoh dan patriotik seperti squadron Kamikaze
Atom-atom yang menderu hari ini ada di dalam kepala setiap individu
Bagaimana kau organisir kekacauan dalam dirimu? lupakan Sartre
Apa itu kutukan? apa itu penghakiman?
Distorsi Arkais sudah biasa menjadi bumbu
Lalu jikalau kau mati, apakah menjadi hantu?
Bunuhlah dirimu untuk mengetahui siapa dirimu
Satu-satunya yang bisa dikuasai dalam hidup hanyalah dirimu sendiri
Jadikan ini sebagai sebuah itikad
Dimana lamina panji Sang Baron harus diludahi
Maka sudahi, ekspansi hasrat yang haus labelisasi
Tak ubahnya partai dan fraksi yang sibuk berideologi ditengah aneksasi
Jika bisa esok, kenapa harus hari ini?
Jika gagal sudah tercipta, maka harus
Bukankah hidup hanya mengulang kegagalan?
Dan bahkan kegagalan hanya persepsi yang hampа
Ku tak butuh semiotik dalam resistensi
Bahkan mungkin ku tak mengerti apa itu resistensi
Perangku melawan diri sendiri, Sacco dan Vanzetti pun tinggal histori
Ketika orang lain berlomba dan serupa Nietzsche, Heidegger, Bakunin atau Durruti
Aku berkaca dan mendapati diri sendiri
Mereka semua telah kucuri, semuanya kurampas tanpa perlu jadi seperti
Bahkan kuludahi tepat di dahi
Maka sekali lagi, jika waktu untuk mati biarlah mati
Tak perlu deposito harapan, bankir telah lebih dulu mendefalkasi
Defensi afirmatif tegaskan defensi kegilaan
Defaitisme mungkin akan dilalui
Maka sekali lagi, biarkan ini menjadi Proyeksi Bunuh Diri

Deskripsi

“Proyeksi Bunuh Diri” menghadirkan perjalanan batin yang kompleks, penuh dengan pertanyaan filosofis mengenai makna hidup dan kematian. Liriknya bukan sekadar mengumbar kegelapan, melainkan merangkum pergulatan batin seorang individu yang berhadapan dengan absurditas dunia. Terapi Minor memadukan metafora kematian, simbol perang, dan rujukan filsafat untuk menggambarkan perasaan terjebak dalam sistem yang penuh tekanan.

Sebagai title track, lagu ini berperan sebagai poros dari seluruh EP, merangkum tema yang hadir di lagu-lagu sebelumnya: penindasan, absurditas hidup modern, hingga keresahan eksistensial. Alih-alih sekadar meratapi, lirik ini justru menjadi medium proyeksi — sebuah cermin yang menyingkap bagaimana pikiran manusia bisa larut dalam keputusasaan namun tetap mencari makna.

Terapi Minor juga mengajak pendengar untuk merenungkan relasi antara kebebasan dan kehancuran diri. Bunuh diri dalam lagu ini diperlakukan bukan semata sebagai tragedi personal, melainkan sebagai metafora tentang perlawanan, penghapusan ilusi, dan pencarian keaslian diri. Di sinilah kekuatan lagu ini: ia tidak menawarkan jawaban sederhana, tetapi membuka ruang refleksi yang tajam dan penuh lapisan.

You cannot copy content of this page