Telfon (Interlude)

“Telfon (Interlude)” adalah trek ke-8 dalam album Berkendara Dari Barat karya Pandv, yang dirilis pada 25 Januari 2024. Meski berlabel sebagai interlude, lagu ini menyimpan muatan liris yang dalam dan emosional. Ditulis oleh Dwimas Panduwinata dan Loedwig Guntur, serta diproduseri oleh Havie Jack, lagu ini menyuarakan percakapan batin yang jujur dan sarat makna.

Lirik Lagu Telfon (Interlude)

Pulanglah kau nak, jauh belum karirmu terukir?
Kanvas terlukis, pelan-pelan aku jadi van Gogh lewat jalur musik
Aku baik saja, membait sajak
Jangan cemas kerjaku menulis
Rubah derajat tanjakan menukik
Walaupun bergulir aku di hunian tak mungkin terusir
Kau jangan takut, aku juga takkan sanggup
Bila kau di sana ragu, biar mereka anggap aku
Benih unggul yang ditempa dengan semua tahapanku
Juga tanpa kamu semua harapanku hanya apaan tuh?
Ah, makan tidur aku tak kurang
Sadari ku waktu tak luang
Mungkin aku anak typical
Masih haus dengan ilmu technical, lyrical, rhymes, and syllable
Aku keras kepala ingin idealis
Apa mungkin tingkahku buat kau sebel?
Kaus tebal, yakin kulit akan baik saja
Matahari terik sengat tiap pori peluh membanjiri makna dari hustle
Berhasil, modal niatku obralin lagu
Merangkai bidang, merapal beat dan
Yang aku lakukan bisa ku taklukan bagai nahkoda putar setir kapal
Lalu pulang rumah ku tak beri kabar
Paham privilage bukan saudagar
Dengan motor mewah, garasi mobil
Pakaian modis dan sedikit angkuh, dompet tebal tak bisa kau pangku
Kalau rupiah jadi bilik kasur, maka merantau bukan pilihanku

Deskripsi

Berbeda dari lagu-lagu sebelumnya, “Telfon (Interlude)” tampil seperti monolog dalam bentuk puisi panjang. Liriknya menggambarkan suara hati seorang anak perantau kepada orang tuanya—sebuah percakapan yang mungkin tidak pernah benar-benar terjadi lewat sambungan telepon, namun hidup dalam pikirannya sendiri.

Baris pembuka: “Pulanglah kau nak, jauh belum karirmu terukir?” menunjukkan kekhawatiran keluarga terhadap masa depan sang anak yang tengah berjuang di luar kota. Namun Pandv menjawab kekhawatiran itu dengan keyakinan, membandingkan dirinya dengan Van Gogh yang sedang melukis jalan hidupnya lewat musik.

Lagu ini menggambarkan kehidupan keras di rantau: “Walaupun bergulir aku di hunian tak mungkin terusir” dan tekad kuat Pandv untuk tetap berjalan meskipun tak memiliki privilese: “Paham privilage bukan saudagar / Dengan motor mewah, garasi mobil”

Di sisi lain, lagu ini juga mengandung refleksi terhadap pilihan hidup, idealisme, dan pengorbanan: “Aku keras kepala ingin idealis / Apa mungkin tingkahku buat kau sebel?”

Nada lirisnya terdengar penuh kasih dan tanggung jawab, menyiratkan bahwa meskipun ia jauh dari rumah, ia tetap membawa keluarga dalam niat dan doanya. Lagu ini sekaligus menjadi perenungan tentang makna “pulang” dalam bentuk yang lebih emosional daripada fisik.

Latest Songs

You cannot copy content of this page