Lagu “Denda Adat” dari Manggorap mengangkat isu sosial yang sering terjadi di kehidupan masyarakat timur Indonesia, yaitu tingginya mas kawin dan denda adat yang menjadi tantangan besar dalam pernikahan. Dengan lirik yang jujur dan penuh ekspresi, lagu ini menggambarkan dilema cinta yang terhalang oleh tradisi dan adat istiadat.
Lirik Lagu Denda Adat
[Chorus]
Sekarang masuk minta pun bisa
Langsung menikah pun bisa
Tapi masalah denda-denda adat itu yang
Gacor e, ancor e
Sayang, sa tra mau gantung diri kah
[Post-Chorus]
Mas kawin mahal, denda adat mahal
Perempuan timur bahaya
[Instrumental Drop]
[Verse 1]
Saat ko ajak saya kete di ko punya rumah
Ko lagi bikin kopi, ko bapa dong tanya saya
Sa ini darah apa, darah biru kah tra
Sanggup bayar berapa, langsung dong tentukan harga
Torang dua rencana, bulan ini menikah
Tapi tidak segampang itu, denda adat bikin ragu
Mas kawin, mas kawin, mahal oh, sekali yo
Sa yang tarada uang, tapi sa sayang, terlalu sayang
Begitu yang masalah, mo bikin bagaimana
Sa bukan orang kaya, sa ni orang biasa
Ko mahal luar biasa, sa tara pu kuasa
Adat kah, apakah, mo bikin sa mo gila kah
[Chorus]
Sekarang masuk minta pun bisa
Langsung menikah pun bisa
Tapi masalah denda-denda adat itu yang
Gacor e, ancor e
Sayang, sa tra mau gantung diri kah
[Verse 2]
Ai ai ai ai, sa hancur sekali, sa sayang ko demi
Tapi bagaimana, adat yang bertindak, sio sa tersesak
Su baku sayang lama-lama baru
Semua hancur bikin sa terjatuh
Aeh mama e, sa tara mampu bayar e
Tolong ko bilang bapa, tolong ko bilang mama
Jangan dong mata harta, itu tidak berharga
Yang penting ko bahagia, ko hidup tara susah
Tra makan nasi rica, sa mampu cari nafkah
Sa yang terlalu sayang, ko bilang mama terima saya
Sa janji, sa jamin dia bahagia
[Chorus]
Sekarang masuk minta pun bisa
Langsung menikah pun bisa
Tapi masalah denda-denda adat itu yang
Gacor e, ancor e
Sayang, sa tra mau gantung diri kah
[Post-Chorus]
Mas kawin mahal, denda adat mahal
Perempuan timur bahaya
Deskripsi
Lagu “Denda Adat” bercerita tentang seorang pria yang ingin menikahi kekasihnya, tetapi terhalang oleh biaya mas kawin dan denda adat yang tinggi.
Chorus secara langsung menyampaikan keresahan: “Sekarang masuk minta pun bisa, langsung menikah pun bisa, tapi masalah denda-denda adat itu yangโฆ Gacor e, ancor e.” Ungkapan ini menyiratkan kekecewaan dan kebingungan tentang tradisi yang memberatkan calon pengantin.
Verse 1 menceritakan pengalaman si pria ketika bertemu dengan orang tua kekasihnya, yang langsung bertanya soal darah keturunan dan kemampuan finansialnya: “Sa yang tarada uang, tapi sa sayang, terlalu sayang.” Konflik antara cinta dan tuntutan adat terasa begitu nyata di sini.
Verse 2 menggambarkan rasa frustrasi yang semakin dalam: “Adat kah, apakah, mo bikin sa mo gila kah.” Meski cinta begitu besar, tuntutan adat seolah menjadi tembok besar yang sulit ditembus. Namun, si pria tetap berusaha meyakinkan kekasih dan keluarganya bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari harta.
Lagu ini bukan hanya kritik sosial, tetapi juga refleksi dari realitas yang dialami banyak pasangan di Indonesia Timur. Dengan irama yang energik dan sentuhan rap yang khas, “Denda Adat” membawa pesan yang dalam namun tetap enak didengar.